“KORELASI ANTARA DUKUNGAN GURU BIDANG STUDI TERHADAP PROGRAM PELAYANAN BIMBINGAN DAN KONSELING DI SMA 7 MEDAN”.
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Masalah yang dihadapin manusia semakin kompleks. Hal ini seiring dengan semakin tinggi dan pesatnya perkembangan berbagai ilmu pengetahuan manusia di dunia ini. Masalah-masalah dalam kehidupan manusia semakin bertambah kompleks, dimana terjadi perubahan dari masyarakat agraris ke masyarakat industrialis. Kota-kota yang dulunya kecil berangsur-angsur tumbuh menjadi kota yang besar yang penuh dengan berbagai variasi kehidupan dan permasalahan. Spesialisasi dalam pekerjaan atau jabatan makin bertambah luas dan banyak. Tuntutan dan kebutuhan hidup manusia juga semakin bertambah banyak.
Selain itu perkembangan usaha-usaha dalam bidang pendidikan juga semakin meningkat, baik dalam bentuk kualitatif maupun kuantitatif. Jumlah dan jenis sekolah semakin banyak dan bermacam-macam sesuai tuntutan dan kebutuhan masyarakat, semuanya itu telah dan sedang dialami oleh masyarakat indonesia ( Slameto, 1998 ).
Kemajuan dalam bidang pendidikan akan mempengaruhi berbagai aspek kehidupan, baik sosial, kebudayaan maupun ekonomi dan terutama mempengaruhi aspek-aspek dalam bidang pendidikan itu sendiri, serta yang sedang kita hadapi dewasa ini adalah gagasan tentang sekolah komprehensif ( menyeluruh dan terpadu ) yang pada akhirnya melahirkan sekolah pembangunan yang memiliki konsekuensi meningkatnya pelayanan sekolah terhadap para siswa agar mereka benar-benar menjadi anak didik sesuai dengan tuntutan zaman.
Sekalipun upaya-upaya yang dilakukan oleh elemen pendidikan sudah maksimal, namun belum tentu seluruh siswa dapat berkembang secara optimal. Hal ini disebabkan adanya perbedaan antara masing-masing siswa. Misalnya dalam satu bidang studi, ada siswa yang cepat, cerdas, berbakat dan ada pula yang lambat, bodoh dan tidak berbakat. Timbulnya perbedaan siswa tersebut dapat dikembalikan kepada faktor pembawaan dan faktor lingkungan sebagai komponen pertama bagi terbentuknya keunikan siswa. Meskipun lingkungan sama, ataupun lungkunngan yang beberbeda akan memungkinkan timbulnya perbedaan perbedaan meskipun pembawaannya sama. Perbedaan ini seringkali menimbulkan masalah, baik bagi siswa itu sendiri maupun bagi pihak sekolah, misalnya perbedaan kemampuan siswa dalam menerima pelajaran maupun kesulitan guru dalam menangani para siswa
(Syahril , 1996).
Guru merupakan komponen utama dalam peroses pembelajaran (belajar dan mengajar disekolah). Tanpa didikan dari seorang guru, tidak akan lahir insan-insan yang sukses dalam hidupnya. Guru mempunyai peranan yang sangat penting di dalam sebuah sekolah. Gurulah yang mengajar anak-anak sehingga anak tersebut dapat membaca, menulis, dan berhitung.
Nurita Puranti (worlpress.profesiguru.com) berpendapat bahwa guru adalah profesi yang mempersiapkan sumber daya manusia untuk menyongsong pembanguna bangsa dalam mengisi kemerdekaan. Oleh sebab itu sumber daya yang dimiliki saat ini adalah merupakan hasil kerja dari seorang guru. Upanya dilakukan guru ini dimulai sejak individu berusia dini sampai akhirnya kemasa dewasa. Guru dengan segala kemampuannya dan daya upanya mempersiapkan pembelajaran bagi peserta didiknya dan dapat dilihat disini betapa pentingnya guru bagi sebuah bangsa dan negara.
Sebagai seorang guru, ia harus memiliki berbagai tanggung jawab dab tugas yang harus dilaksanakan sesuai dengan tuntutan proffesi guru. Tugas utama dan terpenting yang menjadi tanggung jawab seorang guru adalah memejukan, merangsang dan membimbing pelajar dalam proses belajar. Segala usaha kearah itu harus dirancang dan dilaksanakan. Guru yang berprestasi dalam menjalankan tugasnya adalah guru yang berhasil menjadikan anak didiknya termotivasi dalam pelajaran. Oleh karena itu untuk keberhasilan dalam pelajaran guru harus berusaha memahami makna motivasi belajar itu sendiri dan mengembangkan serta menggerakkan motivasi pembelajaran pelajar itu ke tahap yang maksimal.
Memotivasi perserta didik merupakan salah satu langkah awal yang harus dilakukan oleh seorang guru dalam pengajaran dan pembelajaran. Seseorang guru harus mampu membangkitkan motivasi seorang siswa dalam proses belajar mengajar. Memotivasi siswa tidak hanya menggerakan mereka agar aktif dalam pelajaran, tetapi juga mengarahkan dan menjadikan siswa terdorong untuk belajar secara terus menerus, walaupun berada di luar kelas maupun setelah meninggalkan sekolah.
Untuk menyakinkan diri bahwa memotivasi peserta didik merupakan tugas guru berkewajiban pula melaksanakannya, maka pendekatan behavioristik perlu dijadikan sebagai pedoman dalam mengajar. Para pakar behavioristik mengemukakan bahwa motivasi ditentukan oleh lingkungan. Guru merupakan lingkungan yang sangat berperan di dalam proses belajar mengajar. Oleh karena itu, meningkatkan motivasi peserta didik dalam pelajaran merupakan tugas yang sangat penting bagi guru.
Pada dasarnya usaha memotivasi peserta didik dalam pendidikan adalah mmerupakan suatu proses (1) membimbing pelajar untuk memesuki berbagai pengalaman yakni proses belajar sedang berlangsung; (2) Proses menimbulkan semangat dan keaktifan pada diri pelajar sehingga dia benar –benar bersediah untuk belajar ;(3) Proses yang menyebabkan perhatian pelajar tetumpu kepada satu arah atau tujuan pada satu waktu, yaitu tujuan belajar (Suryosubroto, 1997).
Situasi kelas yang peserta didiknya termotivasi dapat mempengaruhi sikap belajar dan tingkah laku pelajaran. Pelajar yang termotivasi untuk belajar akan sangat tertarik dengan berbagai tugas belajar yang sedang mereka kerjaka; menunjukkan ketekunan yang tinggi; variasi aktivitas belajar mereka pun akan lebih banyak. Di samping keterlibatan mereka dalam belajar lebih besar, mereka juga kurang menyukai tingkah laku yang negatif yang dapat menimbulkan masalah disiplin kelas, maka motivasi peserta didik dalam belajar merupakan suatu cara yang baik dalam menghindari tingkah laku peserta didik yang negatif, karena mereka terlibat aktuf dalam belajar dan terangsang untuk belajar.
Sebenarnya tujuan jangka panjang dalam membangun dan mengembangkan motivasi peserta didik dalam belajar adalah terbentuknya motivasi mandiri. Sebagai seorang guru mengembangkan minatnya untuk belajar walaupun di mana pun dia berda. Seorang guru berharap agar peserta didik senantiasa ingin menimba berbagai ilmu pengetahuan walaupun mereka telah lepas dari bimbingan seseorang guru. Tujuan pendidikan yang paling utama adalah untuk membangkitkan dalam diri pelajar suatu motivasi yang kuat dan terus menerus untuk belajar. Hal ini akan menjadi suatu kecenderungan dan kebiasaan dalam melakukan proses belajar selanjutnya.
Hal yang menjadi persoalan sekarang ini bagaimana caranya seorang guru semasa melakukan berbagai usaha untuk membangun dan mengembangkan motivasi peserta didik semasa belajar? Para pakar humanistik, misalnya Carl Rogers (dalam Hurlock,1995), seorang pakar psikologi mengemukakan bahwa pada dasarnya di dalam diri setiap manusia ada keinginan yang sangat kuat untuk belajar bersifat alami.jadi, di dalam diri peserta didik keinginan itu sudah ada. Guru hanya mengembangkan atau memupuk keinginan itu sehingga keinginan belajar itu dapat direslisasikan dalam bentuk prestasi yang maksimum. Para pakar behavioristik, misalnya B.F.Skinner, seorang pakar pendidikan mengemukakan bahwa motivasi peserta didik sangat ditentukan oleh lingkungannya.peserta didik akan termotivasi semakin belajar jika lingkungan belajar dapat memberi rangsangan sehingga peserta didik tertarik untuk belajar. Guru harus mengatur lingkungan atau suasana belajar secara bijaksana sehingga peserta didik termotivasi untuk belajar.
Dalam proses mengajar dan belajar, guru dituntut memiliki berbagai pengetahuan dan pemahan yang bermanfaat untuk menimbulkan dan meningkatkan motivasi peserta didiknya semasa belajar, sehingga proses belajar yang dilaksanakannya bejaya secara optimal. Oleh karena itu, guru perlu memahamin dan menghayati serta menerapkan berbagai prinsip dan teknik untuk membangkitkan dan meningkatkan motivasi peserta didik dalam pembelajaran. Banyak sekali prinsip dan teknik yang berbeda yang perlu diketahui oleh guru, karena di dalam usaha memotivasi peserta didik sesungguhnya tidak hanya satu prinsip dan teknik yang paling akurat dipakai semua pelajar, sepajang waktu, dan untuk semua situsai. Berbeda mata pelajaran, berbeda kepribadian siswa, dan berbeda kepribadian guru menuntut perbedaan prinsip dan teknik yang dipakai didalam memotivasi siswa. Oleh karena itu perbedaan mata pelajaran, kledisiplinan peserta didik dan kepribadian guru harus diperhatikan dalam memilih prinsip dan teknik yang akan dipakai dalam memotivasi pelajar.
Selain itu, bagi siswa tertentu memiliki maslah tersendiri. Tidak sedikit siswa yang memiliki masalah baik itu masalah pribadi, masalah di sekolah dan masalah pergaulan dengan teman sebaya. Selanjutnya dalam menangani berbagai masalah yang dihadapin, tentunya tidak semua siswa mampu menyelesaikannya. Para siswa membutuhkan orang lain untuk membantu menyelesaikan masalahnya, dalam hal ini guru bimbingan dan konseling (BK) di sekolah sangat berperan. Guru bimbingan dan konseling, dalam upanya memberikan bantuan kepada anak didik, seharusnya mengadakan koordinasi dengan guru bidang studi tertentu. Hal ini berfungsi agar guru bimbingan dan konseling dalam mengambil langkah yang akurat dalam menangani masalah siswa dengan terlebih dahulu memperoleh informasi lengakap tentang anak didik dari berbagai pihak.
Berdasarkan pengalaman di SMA Negeri 7 Medan. Penulis melihat sendiri kurang terbinannya hubungan maupun kerjasama antara guru bidang studi dan guru bimbingan dan konseling dalam menghadapi masalah yang dialami siswa. Hal ini berdampak terhadap siswa itu sendiri, yakni siswa tidak menemukan seseorang yang tepat dalam membantu dirinya menyelesaikan masalah. Guru bimbingan dan konseling kurang mendapat dukungan dari guru bidang studi, sehingga setiap kali melayani anak didik yang sedang bermasalah, maka guru bimbingan dan konseling selalu merasakan kesulitan.
Berdasarkan latar belakang di atas serta fenomena yang terjadi penulis menganggap penting untuk mengadakan sebuah judul “ KORELASI ANTARA DUKUNGAN GURU BIDANG STUDI TERHADAP PROGRAM PELAYANAN BIMBINNGAN DAN KONSELING DI SMA 7 MEDAN”.
B. Identifikasi Masalah
Bedasarkan uraian diatas latar belakang masalah yang terjadi dijelaskan sebelum ini, maka penulis membuat identifikasi masalah yang telah dibuat adalah seberapa besar guru bidang studi terhadap program layanan bimbingan dan konseling di sekolah.
C. Pembatasan Masalah
Dengan memperhatikan latar belakang masalah dan identifikasi masalah maka penulis membatasi masalah hanya mengenai seberapa besar hubungan atau korelasi antara dukungan guru bidang studi terhadap program pelayanan Bimbingan Konseling.
D. Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah di antara lain yaitu :
- Bagaimana program layanan Bimbingan Konseling di sekolah.
- Bagaimana dukungan yang diberikan guru bidang studi.
- Bagaimana hubungan antara dukungan guru bidang studi terhadap program layanan Bimbingan Konseling di sekolah.
E. Tujuan Penelitian
Adapun Konseling yang menjadi tujuan penelitian yaitu :
- Untuk mengetahui bagaimana program layanan Bimbingan Konseling menurut para siswa SMA Negeri 7 Medan.
- Untuk mengetahui bagaimana dukungan guru bidang studi menurut pandangan para siswa SMA Negeri 7 Medan.
- Untuk mengetahui apakah ada hubungan antara dukungan guru bidang studi terhadap program pelayanan Bimbingan Konseling di SMA Negeri 7 Medan.
F. Manfaat Penelitian
Manfaat penelitian yang diharapkan dari penelitian ini antara lain :
- Bagi guru BP manfaat sebagai bahan pertimbangan dalam meningkatkan kualitas pelayanan dan keberhasilan proses serta program Bimbingan Konseling.
- Bagi guru bidang studi manfaatnya sebagai informasi tentang kondisi dukungan guru bidang studi menurut pandangan para siswa dan sebagai bahan bagi guru memberi dukungan yang lebik baik terhadap program layanan bimbingan dan konseling.
Sebagai satu usaha meningkatkan hasil penelitian tentang bimbingan dan
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
1. PROGRAM LAYANAN KONSELING
Konseling terkadang disamaartikan denngan penyuluhan yanmg merupakan suatu bentuk bantuan. Konseling merupakan suatu proses pelayanan yang melibatkna kemampuan profional pada pemberian layanan. Dalam konseling biasanya melibatkan orang kedua yakni penerima layanan, orang yang sebelumnya merasa tidak dapat berbuat banyak dan setelah mendapatkan pelayanan menjadi mampu melakukan sesuatu.
Konseling sebagai salah satu upanya ptofesional adalah berdimensi banyak. Jika dilihat latar belakangnya, konseling muncul karena adanya sejumlah pertanyaan yang perlu dijawab individu dan untuk itu diperlukan bantuan profisional. Selanjutnya jika dilihat eksistensinya, konseling merupakan salah satu bantuan profisional yang sejajar dengan misalnya psikiatris, psikoterapi, kedokteran dan penyuluhan sosial.
Konseling merupakan suatu hubungan yang dinamis antara pembimbing (konselor) dengan klien. Sekolah menyediahkan layanan konseling untuk pengentasan masalah siswa. Menurut Prayitno dan Erman Amti (1999:105) pengertian konseling adalah proses pemberian bantuan yang dilakukan melalui wawancara konseling seorang ahli (konselor) kepada individu yang sedang mengalami sesuatu masalah (klien) yang bermuara pada teratasinya masalah yang dihadapin oleh kllien. Sejalan dengan itu Winkel yang diakses pada 30 juli 2008.
Selanjutnya Sofian S.Willis (2004:18) menyatakan pula bahwa:
“Pengertian Konseling adalah upanya bantuan yang diberikan seorang pebimbinng yang terlatih dan berpengalaman, terhadap individu yang membutuhkannya, agar individu tersebut berkembang potensinya secara optimal, mampu mengatasi masalahnya dan mampu menyesuaikan diri terhadap lingkungan yang selalu berubah”.
Selain itu Brammer (dalam Sofian S.Willis, 2004:50) menyedbutkan bahwa proses konseling itu sendiri adalah peristiwa yang tengah berlangsung dacn menberi makna bagi para peserta konseling tersebut (konselor dan klien). Dalam proses konseling tersebut akan menemukan tahap koseling terapi yang terpusat pada klien menurut Rogers (dalam Sofian S. Willis,2004:64):
1. Klien datang kepada konselolr atas kemauan sendiri.
2. Situasi konseling sejak awal harus menjadi tanggung jawab kllien, untuk itu konselor menyadarkan klien.
3. Konselor memberanikan klien agar ia mampu mengemukakan perasaannya. Konselor harus bersikap ramah, bersahabat, dan menerima klien sebagai mana adanya.
4. Konselor menerima perasaan klien serta memahaminya.
5. Konselor berusaha agar klien dapat memahami dan menerima keadaan klien.
6. Klien menentukan pilihan sikap dan tindakan yang akan diambil (perencanaan).
7. Klien merealisasikan pilihannya itu.
Pelaksanaan bimbingan dan konseling yang berlangsung di sekolah, sangat bergantung kepada guru yang menjadi pelakunya. Layanan bimbingan dan konseling akan dapat berjalan dengan semestinya bila para guru bimbingan dan konseling telah menjalankan fungsinya sebagai mestinya. Namun begitupun, layanan yang telah dilakukan oleh guru bimbingan konseling akan mendapat penilaian atau persepsi yang berbeda di kalangan para siswa maupun guru.
Berdasarkan uraian di atas, maka dapat disimpulkan bahwa program layanan bimbingan dan konseling merupakan usaha yang dilakukan oleh guru bimbingan dacn konseling di sekolah dalam membantu klien secara tatap muka dengan tujuan agar klien dapat mengambil keputusan sendiri terhadap berbagai persoalan atau masalah dalam diri maupun lingkungan. Dengan harapan bahwa proses konseling dapat memberikan situasi yang dapat memberikan kenyamanan kepada klien.
Di dalam kehidupan sehari-hari manusia tidak perna lepas dari permasalahan yang dapat menggangu aktivitas manusia. Dalam hal ini setiap manusia inngin lepas dari masalah yang dihadapinnya itu dengan cara berkonseling maupun bercerita kepada orang yang dapat di percaya.
Menurut Mappiare (1992:11) fakto yang mendorong seseorang untuk berkonseling yaitu:
- dalam menghadapin saat kritis yang dapat terjadi misalnya, akibat kegagalan sekolah.
- Dalam menghadapin kesulitan dan kemungkinan kesulitan pemahaman diri dan lingkungan untuk arah diri.
- Dalam mencegah sedapat mungkin kesulitan yang dapat dihadapi dalam pergaulan atau seksual.
- Terakhir dalam menompang kelancaran perkembangan individual siswa.
Berdasarkan pebdapat para ahli di atas dapat diambil sebuah kesimpulan bahgwa fakto yang mendorong individual untuk berkonseling adalah karena adanya kebutuhan dan masalah yang tidak dapat dipecahkan individu itu sendiri untuk diubah kearah yang lebih baik di masa akan datang.
Menurut Aquino dan Alviar yang dikutip oleh Tantawy R (1995:39), terdapat tiga fungsi bimbingan dan konseling yaitu pencegahan (preventive), pengembangan (development),perbaikan (remedial).
Pelayanan yang bersifat pencegahan adalah bantuan yang dibebri kepada klien agar klien terhindar dari berbagai masalah yang dapat menghambat perkembangannya. Hambatan kesulitan belajar, kekurangan informasi, masalah hubungan sosial dan sebagainya.
Bimbingan dan konseling dapat berfungsi pengembangan apabila pelayanan yang diberikan itu dapat membantu klien menngembangkan keseluruhan pribadinya secara terarah dan mantap
Pelayanan ini dimaksudkan untuk membantu klien mengatasi masalah yang dihadapinya baik di lingkungan sekolah (terutama) maupun di l;ingkungn sosial di luar sekolah.
Menurut Prayitno (1998:41) pelaksanaan bimbingan konseling mempunyai suatu pola umum, yaitu merupakan keseluruhan kegiatan bimbingan dan konseling yang mencakup bidang bimbingan, jenis-jenis layanan dan kegiatan pendukung bimbingan konseling. Adapun kegiatan dalam layanan bimbingan konseling antara lain adalah sebagai berikut:
- Kegiatan bimbingan konseling secara keseluruhan meliputi empat bidang bimbingan, yaitu bimbingan pribadi, sosial, belajar dan karier.
- Kegiatan BK dalam keempat bidang bimbingannnya diselengarakan melalui tujuh jenis layanan orientasi, informasi, penempatan/penyaluran,pembelajaran,konseling perorangan,bimbingan kelompok dan konseling kelompok.
- Untuk mendukung ketujuh jenis layanan itu diselenggarakan lima jenis kegiatan pendukung yaitu instumentasi bimmbingan dan konseling, himpunan data, konnferensi kasus, kunjungan rumah, dan alih tangan kasus.
- Kegiatan BK didasari oleh satu pemahaman yang menyeluruh dan terpadu tentang wawasan BK yang meliputi pengertian,tujuan,fungsi,prinsip dan azas-azas BK.
Berdasarkan uraian diatas, maka dapat disimpulkan bahwa Program Layanan BK yang dimaksud adalah Kegiatan bimbingan konseling yang berisi tentang bimbingan pribadi, bimbingan sosial, bimbingan belajar, dan bimbingan karir. Dalam teknik konseling yang menggunakan terapi terpusat pada klien, maka seorang konselor harus memiliki sifat menerima, memahami, konsisten dan tidak menilai klien.
2. DUKUNGAN GURU BIDANG STUDI
Dukungan sosial didefenisikan sebagai interaksi atau hubungan yang dilakukan individu satu terhadap individu yang lain dalam bentuk bantuan nyata yang membentuk kenyakinan nyata terhadap diri kindividu yang menerimanya bahwa dirinya dicintai, dan disayangin, yang terjadi dalam suatu siatem sosial (Norris dan Kanniasty, 1996). Defenisi tersebut mengandung dua aspek utama yang terdapat dalam dukungan sosial, yaitu dukungan yang diterima (received support) dan dukungan dirasakan (perceived support).
Menurut Cohen dan Syame (1985) dukungan sosial merupakan sumber yang diberikan kepada individu dan berasal dari orang lain. Dukungan sosial merupakan hasil dari adanya interaksi sosial yang menempatkan individu kedalam suatu sistem yang dipercaya dapat memberikan cinta dan perhatian.
Johson (1991) menyatakan bahwa dukungan sosial merupakan proses trasaksi sumber antara individu yang satu dengan individu yang lainnya untuk menungkatkan kesejahteraan. Proses transaksi tersebut diharapkan dapat memberikan bantuan,semangat, penerimaan dan perhatian.
Berdasarkan uraian diatas.maka dapat disimpulkan bahwa dukungan sosial adalah segala bentuk dukungan dan bantuan yang diberikan oleh orang lain, termasuk keluarga dan guru kepada individu.
Dukungan sosial datang dari berbagai faktor, dan dalam hal ini dinyatakan sebagai sumber dukkungan sosial. Golberger dan Breznitz menyatakan babhwa sumber dukungan sosial antara lain adalah orangtua, saudara kandung,anak, kerabat,pasangan hidup, sahabat, rekan kerja atau tetangga maupun gurubagi seorang siswa. Menurut Wills (1991) dukungan sosial dalam bentuk dukungan emosi dan informasi akan sangat membantu individu dalam mengadakan penyesuaian diri. Hal tersebut menyebabkan seseorang mahasiswa yang mengalami kesulitan dalam mengadakan penyesuaian diri lebih bisa mencurahkan segala ungkapan perasaannya pada seseorang yang dipandang memiliki penerimaan yang lebih besar terhadap dirinya apapun kondisinya yang dialami tanpa ada penolakkan sekalipun negatif kenyataannya, dan ia mampu untuk menentramkan dirinya dengan memandang dirinya sebagai orang yang berharga (Buunk, dalam Hewstone,1996).
Dukungan sosial yang paling kerap diperoleh individu adalah dari keluarga mereka. Selain itu, sebagai individu yang masih duduk dibangku sekolah, maka dukungan guru merupakan suatu dukungan yang dibutuhkan oleh setiap siswa. Seseorang guru merupakan pengganti orangtua. Jika dirumah, namun jika di sekolah, maka peran orangtua maupun keluarga, digantikan oleh guru ( Slameto,1995).
Sumber yang kerap membantu mereka dalam mengatasi permasalahan yang berhubungan dengan penyesuaian diri adalah dari keluarga yang dalam hal ini dapat berasal dari orangtua, kakak, adik, maupun saudara mereka yang lain yang mencakup dukungan emosi, materi, penilaian, informasi , dan instrumental. Guru sebagai pengganti orangtua juga memiliki ikatan emosi yang terdekat dan sangat dibutuhkan ketika mereka anak didik menghadapi masalah sulit. Selain keluarga, guru juga sangat membantu mereka untuk memperoleh beragam bentuk bantuan yang biasanya lebih berwujud dalam bentuk dukungan informasi dan penilaian.
Berdasarka uraian diatas, maka dapat disimpulkan bahwa dukungan sosial diperoleh individu dari orangtua , saudara kandung, anak, kerabat, pasangan hidup, sahabat, rekan kerja atau tetangga maupun guru. Orang yang sangat dipercaya individu memiliki peran yang sangat besar dalam dukungan sosial.
Coher dan Syne (1985) berpendapat bahwa dukungan sosial sangat tergantung pada kesesuaian antara dukungan yang diberikan dengan kebutuhan individu yang sedang menghadapi permasalahan sebagai penerima dukungan dan untuk itulah maka tingkatan dukungan sosial berbeda antara individu yang satu dengan individu yang lainnya. Perbedaan akan kebutuhan suatu dukungan disebabkan adanya persepsi yang berbeda dalam menerima dan merasakannya.
Dalam penelitian ini, manfaat dukungan sosial dipandang memiliki kontribusi yang besar dalam hal kemampuan mengadakan penyesuaian diri para siswa. Dalam menjalani persekolahaan sehari-hari, seorang siswa akan selalu bertinteraksi dengan siswa lainnya. Selain itu dalam kehidupan sekolah, siswa dituntut untuk dapat bergaul dengan berbagai kalangan, terutama dalam hal kondisi sosial ekonomi maupun etnis.
Mengigat besarnaya tuntutan untuk dapat menyesuaikan diri denagn lingkungan yang ada, menyebabkan para siwa harus siap menghadapi kondisi, Disinilah dukungan sosial sangat diperlukan dalam bentuk apapun yang dayakini akan membatu mereka mencari jalan keluar dari segala permasalahan yang akan dihadapi kemudian, terutama yang menyangkut kehidupan persekolahan mereka. Keberadaan dukungan sosial tersebut dapat menjadi sarana bagi angota apara siswa untuk memperoleh banyak informasi, perhatian, penilaian dan segala hal yang mereka butuhkan saat itu.
Penelitian yang dilakukan pada wanita amerika berkulit hitam yang berstatus single perent (Jayakody, dkk, 1993) menujukan danya hubungan yang segnifikan antara dukungan keluarga yang diteriam mereka dengan stabilitas kehidupan sosial ekonomi.dalam penelitia ntersebut, dukungan sosial yang diterima dari keluga mereka berbentuk dukungan emosional yang berupa persahabatan, kebersamaan, dan kesedian untuk mengunjungi mereka dan dukungan yang bersifat kongitif seperti nasehat, dan bimbingan konseling. House (Dalam Sunardi, 2004) membagi aspek sosial menjadi empat macam : Dukungan Emosionak, Infomasi, Dukungan Materi, Dukungan Penilaian.
Yakni dukungan yang di butuhkan oleh individu yang dukungan tersebut berbentuk empati, cinta, dan kepercayaan dari orang lain sebagi bentuk motivasi. Empati yang dimunculkan individu tersebut terwujud dalam sikap ikut merasakn emosi yang dialami individu tersebut terwujud dalam sikap ikut merasakan emosi yang dialami individu yang ia bantu.keikutsertaan orang lain dalam merasakan kesedihan dan sikap yang berupa dorongan untuk mengatisipasi permasalahan yang ia hadapi, akan dapat mengurangi beban penderitaan yang ia rasakan, hal ini disebakan kecenderungan individu untuk melibatkan aspek-aspek negatif dan menilai dirinya sendiri, dan umumnya individu selalu membicarakan permasalahanya hanya pada seseorang yang memiliki hubungan emosional yang dekat dengannya bentuk interaksi yang mendukung dalam hubunga sosial diantanya adalah mendengarkan dengan penuh perhatian dan keyakinan, merefleksikan peryataan orang yang menceritakan permasalahanya, simpati, membagi permasalahan pribadi, meyakinkan kembali dan menghindari kritik
Dimana dukungan dalam bentuk ini informasi tersebut diberiakan untuk memecahkan masalah dan menemukan jalan keluar baginya sekalipun sekedar nasehat yang ia terima.
Dapat berupa tempat tinggal, kebutuhan pangan maupun bantuan tranportasi dan segala hal yang menyangkut fasilitas kehidupan keseharian mereka, seperti membantu dalam pelaksanaan tugas rumah tangga, uang belanja, tranportasi, kebutuhan yang menyangkut pendidikan seperti penyediaan buku dan perlengkapan sekolah.
Yakni berupa penilaian yang bersifat positif yang akan membantu individu dalam meningkatkan indentitas diri serta pengembangan keperibadianya. Dukungan ini berbentuk Kritk,penilaian, dan upah balik dari apa yang menjadi keluhan-keluhan permasalahan yang ia hadapi.( johnson. Dan Jhonson 1991). Caplan (dalam parson, 1990) menjelaskan bentuk dari dukungan sosial tersebut dapat berupa:
A. Bantuan dalam ikut serta mengendalikan sumber-sumber stres psikis dan biologis sebagai masalah yang dihadapi individu yang akan dibantunya.
B. Memberi bantuan sesuai dengan kebutuhan dan situasi yang mereka hadapi.
C. Memberi bantuan dalam bentuk material seperti uang, keterampilan, dan segala materi yang di perlukan.
D. Memberi nasehat.
Buunk ( dalam hewstone, stroebe dan sthepenson, 1996 ) menjelaskan bahwa komponen dalam dukungan sosial terbagi menjadi empat aspek, yakni
Yang berbentuk perhatian dan kepedulian , perasaan mencintai dan menyangin yang diapresiasikan, yang berupa bantuan sosial yang berupa umpan balik tentang evaluasi segala sesuatu.
Pendapat yang dikemukakan diatas mirip dengan yang ditemukan oleh Will,dkk (dalam taylor,1999) yang menyatakan bahwa dukungan aspek-aspek sosial antara lain adalah:
Dukungan yang dilakukan umtuk menolong seseorang agar dapat mengerti dengan lebih baik mengenai kejadian atau peristiwa yang dialami.
Dukungan ini meliputi penemuha dalam hal materi , seperti jasa, bantuan keuangan dan benda-benda.
Dukungan ini dapat diperoleh dari keluarga dan teman-teman yang berhubungan degan bantuan untuk mengatasi masalah-masalah tertentu.
Dukungan ini juga dapat diperoleh dari keluarga dan teman-teman dalam menenntramkan hati ataupun emosi.
Adapun bentuk dukungan sosial dalam kehidupan yang dibutuhkan seorang siswa yang pada umumnya lebih banyak menyangkut dukungan yang bentuk emosi, evaluasi, informasi dan instrumental. Diperolehnnya keempat dukungan sosial ini dari guru akan sangat membantu seseorang siswa untuk menyelesaikan masalah yang tengah dihadapin. Disisi lain bantuan yang terbentuk instrumental, akan sangat membantu meringankan beban yang dirasakan siswa.
3. KERANGKA KONSEPTUAL
Berdasarkan latar belakang dan permasalahan yang telah dikemukakan penulis, selanjutnya dikemukakan kerangka konseptual. Dimaksud dengan kerangka konseptual untuk melihat kaitan antara dukungan guru bidang studi dengan program layanan bimbinngan dan konseling.
Program layanan bimbingan dan konseling yang dilikukan oleh pihak atau seorang guru bimbingan konseling, dapat berjalan dengan lancar sebagaimana mestinya, bergantung terutama pada kemampuan seseorang guru bimbingan konseling dalam mengelolah program layanan bimbingan konseling.
Dukungan yang diberikan oleh guru bidang studi dapat membanntu meningkatkan program layanan bimbingan konseling. Guru bidang studi yang berkenan memberikan dukungan secara eemosional, mau memberikan penilaian atau feed back kepada guru bimbingan konseling serta mau memberikan informasi penting yang berhubungan dengan program lalyanan konseling, diharapkan guru bimbingan konseling dapat meningkatkan pelayanan kepada para siswa. Dalam prakteknya di lapangan, tidak semua guru bersedia memberikan dukungan mereka terhadap program layanan bimbingan konseling sekolah. Hal inilah yang menyerupakan salah satu faktor yang menghambat progaram layanan bimbingan konseling berjalan sesuai dengan yang di harapkan.
4. HIPOTESIS
Berdasarkan uraian diatas, maka dapat disipulkan bahwa Ada hubungan yang positif antara dukunngan bidang studi dengan program layanan bimbingan konseling. Artinya semakin tinggi dukungan yang di berikan guru bidang studi, maka program layanan bimbingan konseling semakin baik, sebaliknya semakin rendah dukungan yang di berikan guru bidang studi. Maka program layanan bimbingan konseling semakin buruk.
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Lokasi dan waktu penelitian
Penelitian ini di laksanakan di SMA Negeri 7 Medan.
Waktu penelitian direncanakan pada bulan November 2009.
B. Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang di gunakan dilihat dari tujuan penelitian, penelitian ini menggunakan jenis penelitian korelasi dengan pendekatan kuantitatif.
C. Populasi dan Sampel Penelitian
Menurut Arikunto (2006:130) Populasi adalah keseluruhan subjek penelitian. Dalam penilaian yang di lakukan, populasi yang di ambil adalah siswa kelas XI SMA 7 Negeri Medan, berjumlah 235 orang.
Tabel 1
Deskripsi Jumlah Siswa Kelas XI SMA Negeri 7 Medan
No | Kelas | Laki-Laki | Perempuan | Jumalah |
1 | XI IPA 1 | 24 | 16 | 39 |
2 | XI IPA 2 | 16 | 24 | 40 |
3 | XI IPA 3 | 18 | 19 | 37 |
4 | XI IPA 4 | 16 | 24 | 40 |
5 | XI IPS 1 | 20 | 19 | 39 |
6 | XI IPS 2 | 15 | 24 | 39 |
| Jumlah | 109 | 126 | 235 |
- Sampel Penelitian
Sampel penelitian menurut Sukardi (2003 : 54) adalah “ sebagian dari jumlah populasi yang dipilih untuk sumber data tersebut”. Sampel harus memiliki paling sedikit satu sifatnya yang sama. Selanjutnya menurut Arikunto (2006 : 134) bahwa” Apabila jumlah subjeknya kurang dari 100 maka lebih baik diambil semua sehingga penelitiannya merupakan penelitian populasi. Selanjutnya jika subjeknya besar dapat diambil antara 10%-15% atau 20%-25% lebih.” Sampel yang direncanakan dalam
penelitian ini diperoleh dengan teknik Purposive random sampling. Sampel penelitian ini adalah 25 % dari populasi siswa laki-laki dan perempuannya yaitu 235 x 25% yang berjumlah 58,75 di genapkan menjadi 60.
D. Defenisi Operasional Variabel Penelitian
Menurut Moh. Nazir (1999 : 152) “ Suatu definisi operasional yang diukur memberikan gambaran bagaimana variabel atau kontrak tersebut diukur”. Berikut ini akan diuraikan definisi operasional dari variabel yang ada dalam penelitian ini :
- Dukungan guru bidang studi
Adalah dukungan yang di berikan guru kepada guru bimbingan konseling yang berbentuk dukungan secara emosional, penelitian atau feed back serta mau memberikan informasi penting yang berhubungan dengan program layanan konseling.
- Layanan bimbingan konseling
Adalah suatu yang di lakukan oleh guru bimbingan dan konseling di sekolah dalam membantu klien dengan tujuan agar klien dapat mengambil keputusan sendiri terhadap berbagai persoalan atau masalah dalam diri maupun lingkunganya.
E. Teknik Pengumpulan Data
Sumber data yang di ambil adalah kelas XI SMA X Negeri Medan. Untuk memperoleh data di lapanngan, penelitia menggunakan alat pengumpulan data yaitu angket (kuesioner). Tahap pengumpulan data khususnya dengan menggunakan angket (kuesioner) dimulai dengan penyusunan item pernyataan yang disesuaikan dengan kondisi di penelitian.
Angket merupakan salah satu alat untuk mengumpulkan data, dengan membuat daftar pernyataan yang sesuai dengan judul penelitian. Menurut Arikunto (2005 : 37) angket adalah sejumlah pertanyaan tertulis yang digunakan untuk memperoleh informasi dan responden, dalam arti laporan tentang pribadi atau hal-hal yang di ketahui.
Angket atau kuesioner penelitian yang akan dibuat oleh penelitian adalah merupakan daftar pernyataan mengenai variabel-variabel penelitian yang diajukan dengan alternatif pilihan berganda.
Dalam penelitian ini penulis dua jenis angket yaitu :
- Angket tentang dukungan guru bidang studi.
- Angket tentang layanan konseling.
Kedua variabel penelitian di atas di susun berdasarkan skala Likert dengan empat alternatif jawaban yakni Sangat Setuju, Setuju, Tidak Setuju dan Sangat Tidak Setuju. Pernyataan disusun dalam bentuk favourable dan unfavourable. Penilaian yang diberikan untuk jawaban favourable yakni “SS (sangat setuju)” diberikan nilai 4, jawaban “S (setuju)” diberikan nilai 3, jawaban “TS (tidak setuju)” diberi nilai 2” STS (sangat tidak setuju)” diberi nilai 1. sedangkan untuk intem unfavourable, maka penilaian yang di berikan untuk jawaban “SS (Sangat Setuju)” diberi nilai 1, jawaban “ S(Setuju)” diberi nilai 2,jawaban “TS(Tidak Setuju)” diberi nilai 3, jawaban “STS (Sangat Tidak Setuju)” diberi beri nilai 4.
Angket dukungan guru bidang studi disusun berdasarkan aspek-aspek yang dikemukakan Buunk (dalam Hewstone, Stroebe dan Sthepenson, 1996) yakni: Emotional support, yang berbentuk perhatian dan keperdulian, perasaan mencintai dan menyayangin yang diapreasikan. Appraisal Support yang berupa bantuan sosial yang berupa unpan balik tentang evaluasi terhadap segala sesuatu. Informational Support, seperti informasi tentang bagaiman cara menangani permasalahan. Instrumental support seperti informasi tentang bagaimana cara menangani permasalahan. Instrumental Support yang berwujud bantuan konkrit dalam pemenuhan sarana.
Kisi –kisi Angket Dukungan Guru
No | Aspek | Indikator | Nomor Butir | Jlh | |
Favourable | Unfavourable | ||||
1 | Emosional Support | - Perhatian - Kasih sayang | 6 | 6 | 12 |
2 | Appraisal Support | - P - P66 | 6 | 6 | 12 |
3 | Informational Support | - Memberikan solusi - Membantu menyelesaikan tugas | 6 | 6 | 12 |
4 | Intrumental Support | - Menyediahkan sarana - Memenuhi keperluan BK lainnya | 6 | 6 | 12 |
| Jumlah | | 24 | 24 | 48 |
Selanjutnya angket layanan bimbingan dan konseling dalam penelitian ini disusun berdasarkan program layanan bimbingan dan konseling, yakni adanya penerimaan, pemahaman, kekonsitenan dan tidak menilai siswa.
Kisi-kisi Angket Layanan Bimbingan dan Konseling
No | Aspek | Indikator | Nomor Butir | Jlh | |
Favourable | Unfavourable | ||||
1 | Penerimaan | - Sikap menerima siswa - Bentuk layanan | 6 | 6 | 12 |
2 | Pemahaman | - P - P66 | 6 | 6 | 12 |
3 | Kekonsistenan | - Tetap pada pendirian - Berperan sebagai konselor | 6 | 6 | 12 |
4 | Tidak menilai siswa | - Membimbing siswa - Tidak menghakimi siswa | 6 | 6 | 12 |
| Jumlah | | 24 | 24 | 48 |
Kedua angket tersebut sebelum digunakan untuk membuktikan hipotesis penilaian, maka perlu dilakukan uji coba. Berdasarkan pelaksanaan uji coba dan pengolahan jawaban, akan diketahui nantinya pernyataan-pernyataan yang memenuhi persyaratan validitas dan rehabilitas
F. Validitas dan Rehabilitas Alat Ukur.
Sebelum sampai pada pengelolaan data, yang akan diolah nanti haruslah berasal dari alat ukur yang mencerminkan fenomena apa yang diukur .
1. Validitas
Validitas berasal dari kata validity yang mempunyai arti sejauhmana mana ketepatam (mampu mengukur apa yang hendak diukur) dan kecematan suatu instrumen pengukuran melakukan fungsi ukurnya.
2. Reliabilitas
Konsep dari reliabilitas ukur adalah untuk mencari dan mengetahuisejauh mana hasil pengukuran dapat dipercaya. Reliabel dapat juga dikatakan keterpecayaan, keterhandalan, keajengan,kestabilan,konsistensi dan sebagainya.
Alasan digunakan teknik reliabilitas dari Hoyt ini adalah:
- Jenis data continue
- Tingkat kesukaran seimbang
- Merupakan tes kemampuan (power test), bukan ttes kecepatan (speed test). Teknik Hoyt dapat digunakan untuk butir-butir dikotomi dan nondikotomi, tidak lagi terikat untuk butir-butir yang tidak kesukaranya seimbang atau hampir seimbang.
G. Teknik Analisis Data
.
Analisi yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik korelasi product moment dari Pearson (Azwa, 1992) yaitu teknik analisis statistik untuk menguji hipotesis yang bertujuan untuk melihat pengaruh lingkungan belajar di kelas(Variabel Bebas X ) dengan Kedisiplinan ( Variabel Terikat Y).
Sebelum data dianalisi dengan teknik korelasi Product Moment , maka terlebih dahulu dilakukan uji asumsi penelitian yaitu:
1. Uji Normalitas yaitu : Untuk mengetahui apakah distribusi data penelitian masing-masing variabel telah menhyebar secara normal.
2. Uji Linieritas yaitu : Untuk mengetahui apakah data variabel bebas memiliki hubungan yang linier dengan variabel tergantung.