BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Pengembangan kemampuan
belajar merupakan kegiatan pendidikan di luar mata
pelajaran sebagai bagian integral dari kurikulum sekolah/madrasah. Kegiatan
pengembangan belajar merupakan upaya pembentukan watak dan kepribadian peserta didik
yang dilakukan melalui kegiatan pelayanan konseling berkenaan dengan masalah
pribadi dan kehidupan sosial, kegiatan belajar, dan pengembangan karir, serta
kegiatan ekstra kurikuler. Di samping itu, untuk satuan pendidikan kejuruan,
kegiatan pengembangan belajar, khususnya pelayanan konseling ditujukan guna pengembangan
kreativitas dan karir. Untuk satuan pendidikan khusus, pelayanan konseling
menekankan peningkatan kecakapan hidup sesuai dengan kebutuhan khusus peserta
didik. Kegiatan
pengembangan diri berupa pelayanan konseling difasilitasi/ dilaksanakan oleh
konselor, dan kegiatan ekstra kurikuler dapat dibina oleh konselor, guru dan
atau tenaga kependidikan lain sesuai dengan kemampuan dan kewenangnya.
Pengembangan yang dilakukan dalam bentuk kegiatan pelayanan konseling dan
kegiatan ekstra kurikuler dapat megembangankan kompetensi dan kebiasaan dalam
kehidupan sehari-hari peserta didik.
Pelayanan konseling di sekolah/madrasah merupakan usaha membantu
peserta didik dalam pengembangan kehidupan pribadi, kehidupan sosial, kegiatan
belajar, serta perencanaan dan pengembangan karir. Pelayanan konseling
memfasilitasi pengembangan peserta didik, secara individual, kelompok dan atau
klasikal, sesuai dengan kebutuhan, potensi, bakat, minat, perkembangan,
kondisi, serta peluang-peluang yang dimiliki. Pelayanan ini juga membantu
mengatasi kelemahan dan hambatan serta masalah yang dihadapi peserta didik atau yang disebut konseli ( siswa). Evaluasi ini dapat pula diartikan sebagai proses pengumpulan
informasi (data) untuk mengetahui efektivitas (keterlaksanaan dan ketercapaian)
kegiatan-kegiatan yang telah dilaksanakan dalam upaya mengambil keputusan.
Pengertian lain dari evaluasi ini adalah suatu usaha mendapatkan berbagai
informasi secara berkala, berkesinambungan dan menyeluruh tentang proses dan
hasil dari perkembangan sikap dan perilaku, atau tugas-tugas perkembangan para
siswa melalui program kegiatan yang telah dilaksanakan. Penilaian kegiatan
bimbingan di sekolah adalah segala upaya, tindakan atau proses untuk menentukan
derajat kualitas kemajuan kegiatan yang berkaitan dengan pelaksanaan program
bimbingan di sekolah dengan mengacu pada kriteria atau patokan-patokan tertentu
sesuai dengan program bimbingan yang dilaksanakan.
Kriteria atau patokan yang dipakai untuk menilai keberhasilan
pelaksanaan program layanan bimbingan dan konseling di sekolah adalah mengacu
pada terpenuhi atau tidak terpenuhinya kebutuhan-kebutuhan siswa dan
pihak-pihak yang terlibat baik langsung maupun tidak langsung berperan membantu
siswa memperoleh perubahan perilaku dan pribadi ke arah yang lebih baik. Dalam
keseluruhan kegiatan layanan bimbingan dan konseling, penilaian diperlukan
untuk memperoleh umpan balik terhadap keefektivan layanan bimbingan yang telah
dilaksanakan. Dengan informasi ini dapat diketahui sampai sejauh mana derajat
keberhasilan kegiatan layanan bimbingan. Berdasarkan informasi ini dapat
ditetapkan langkah-langkah tindak lanjut untuk memperbaiki dan mengembangkan
program selanjutnya.
B.
Rumusan
Masalah
a.
Pengertian
Belajar
b.
Apa faktor
yang mempengaruhi pengembangan kemampuan belajar siswa??
c.
Pengaruh
evaluasi bagi perkembangan belajar siswa?
C.
Tujuan dan
Manfaat
-
Kegiatan evaluasi bertujuan
untuk mengetahui keterlaksanaan kegiatan dan ketercapaian tujuan dari program
yang telah ditetapkan dari hasil
pengembangan belajar siswa tersebut.
-
Manfaat yang
dicapai yaitu memberikan umpan balik (feed back)
kepada guru pembimbing konselor) untuk memperbaiki atau mengembangkan program
bimbingan dan konseling.
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Pengertian Belajar
Untuk memahami tentang pengertian belajar di sini akan
diawali dengan mengemukakan beberapa definisi tentang belajar. Belajar adalah sebuah
proses perubahan di dalam kepribadian manusia dan perubahan tersebut
ditampakkan dalam bentuk peningkatan kualitas dan kuantitas tingkah laku
seperti peningkatan kecakapan, pengetahuan, sikap, kebiasaan, pemahaman,
ketrampilan, daya pikir, dan kemampuan-kemampuan yang lain.
Ada beberapa pendapat para ahli tentang definisi tentang belajar.
Cronbach, Harold Spears dan Geoch dalam Sardiman A.M (2005:20)
1) Cronbach memberikan definisi : “Learning is shown by a
change in behavior as a result of experience”. “Belajar adalah memperlihatkan perubahan dalam perilaku sebagai
hasil dari pengalaman”.
2) Harold Spears memberikan batasan: “Learning is to
observe, to read, to initiate, to try something themselves, to listen, to
follow direction”. Belajar adalah mengamati, membaca, berinisiasi, mencoba
sesuatu sendiri, mendengarkan, mengikuti petunjuk/arahan.
3) Geoch, mengatakan : “Learning is a change
in performance as a result of practice”. Belajar adalah
perubahan dalam penampilan sebagai hasil praktek.
Dari ketiga definisi diatas dapat disimpulkan bahwa
belajar itu senantiasa merupakan perubahan tingkah laku atau penampilan, dengan
serangkaian kegiatan misalnya dengan membaca, mengamati, mendengarkan, meniru
dan lain sebagainya. Juga belajar itu akan lebih baik kalau si subyek belajar
itu mengalami atau melakukannya, jadi tidak bersifat verbalistik. Belajar
sebagai kegiatan individu sebenarnya merupakan rangsangan-rangsangan individu
yang dikirim kepadanya oleh lingkungan. Dengan demikian terjadinya kegiatan
belajar yang dilakukan oleh seorang idnividu dapat dijelaskan dengan rumus
antara individu dan lingkungan.
Fontana seperti yang dikutip oleh Udin S. Winataputra
(1995:2) dikemukakan bahwa learning (belajar) mengandung pengertian
proses perubahan yang relative tetap dalam perilaku individu sebagai hasil dari
pengalaman. Pengertian belajar juga dikemukakan oleh Slameto (2003:2) yakni
belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh
suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil
pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya. Selaras dengan
pendapat-pendapat di atas, Thursan Hakim (2000:1) mengemukakan bahwa belajar
adalah suatu proses perubahan di dalam kepribadian manusia, dan perubahan
tersebut ditampakkan dalam bentuk peningkatan kualitas dan kuantitas tingkah
laku seperti peningkatan kecakapan, pengetahuan, sikap, kebiasaan, pemahaman,
keterampilan, daya pikir, dll. Hal ini berarti bahwa peningkatan kualitas dan
kuantitas tingkah laku seseorang diperlihatkan dalam bentuk bertambahnya
kualitas dan kuantitas kemampuan seseorang dalam berbagai bidang. Dalam proses
belajar, apabila seseorang tidak mendapatkan suatu peningkatan kualitas dan
kuantitas kemampuan, maka orang tersebut sebenarnya belum mengalami
proses belajar atau dengan kata lain ia mengalami kegagalan di dalam proses
belajar.
Belajar yang efektif dapat membantu siswa untuk
meningkatkan kemampuan yang diharapkan sesuai dengan tujuan instruksional yang
ingin dicapai. Untuk meningkatkan prestasi belajar yang baik perlu diperhatikan
kondisi internal dan eksternal. Kondisi internal dalah kondisi atau situasi
yang ada dalam diri siswa, seperti kesehatan, keterampilan, kemapuan dan
sebaginya. Kondisi eksternal adalah kondisi yang ada di luar diri pribadi
manusia, misalnya ruang belajar yang bersih, sarana dan prasaran belajar yang
memadai.
B. Faktor-fakor yang mempengaruhi belajar siswa
Ada tiga faktor penting dalam penguasaan ketrampilan untuk belajar.
-
Pertama adalah pola pikir dan sikap (mindset and attitude) kita
terhadap belajar.
Kita harus memiliki
hasrat (desire) dan kecintaan (passion) yang dalam terhadap
nilai-nilai untuk terus belajar dan mengembangkan diri. Belajar tidak hanya
sekedar melalui pendidikan formal semata, tetapi dalam setiap aspek kehidupan
kita harus senantiasa mengembangkan sikap belajar. Sikap mau membaca, mendengar,
mau mengerti dan mau belajar dari orang lain merupakan sikap yang perlu
senantiasa dikembangkan jika kita ingin memperbaiki diri ataupun gagasan kita.
nilai-nilai untuk terus belajar dan mengembangkan diri. Belajar tidak hanya
sekedar melalui pendidikan formal semata, tetapi dalam setiap aspek kehidupan
kita harus senantiasa mengembangkan sikap belajar. Sikap mau membaca, mendengar,
mau mengerti dan mau belajar dari orang lain merupakan sikap yang perlu
senantiasa dikembangkan jika kita ingin memperbaiki diri ataupun gagasan kita.
-
Faktor kedua dalam meningkatkan
ketrampilan untuk belajar adalah kemampuan kita
untuk mendayagunakan kekuatan pikiran kita (terutama pikiran bawah sadar?”
subconscious mind) untuk mempercepat proses belajar (accelerated learning).
untuk mendayagunakan kekuatan pikiran kita (terutama pikiran bawah sadar?”
subconscious mind) untuk mempercepat proses belajar (accelerated learning).
Pikiran bawah sadar merupakan kekuatan yang luar biasa
jika kita dapat
mengoptimalkan potensinya. Seringkali kita melupakan bahwa anugerah yang
terindah dan terbesar yang diberikan Tuhan kepada kita adalah kemampuan pikiran
kita. Hal inilah yang membedakan kita dengan ciptaanNya yang lain. Hal yang paling mudah kita lakukan untuk mengembangkan ketrampilan untuk belajar
adalah dengan banyak membaca. Meluangkan waktu sedikitnya satu jam sehari untuk
membaca buku merupakan kebiasaan yang baik bagi kita untuk mulai mengembangkan
diri kita. Banyak sekali metoda untuk meningkatkan kecepatan membaca (speed reading) maupun pemahaman (comprehension) terhadap isi dari suatu buku. Ketrampilan inilah yang
amat kita perlukan untuk meningkatkan daya serap dan kecepatan kita dalam
membaca sebuah buku. Selain membaca, meningkatkan kemampuan dapat diperoleh
melalui seminar, pelatihan maupun mendengarkan kaset-kaset motivasi.
mengoptimalkan potensinya. Seringkali kita melupakan bahwa anugerah yang
terindah dan terbesar yang diberikan Tuhan kepada kita adalah kemampuan pikiran
kita. Hal inilah yang membedakan kita dengan ciptaanNya yang lain. Hal yang paling mudah kita lakukan untuk mengembangkan ketrampilan untuk belajar
adalah dengan banyak membaca. Meluangkan waktu sedikitnya satu jam sehari untuk
membaca buku merupakan kebiasaan yang baik bagi kita untuk mulai mengembangkan
diri kita. Banyak sekali metoda untuk meningkatkan kecepatan membaca (speed reading) maupun pemahaman (comprehension) terhadap isi dari suatu buku. Ketrampilan inilah yang
amat kita perlukan untuk meningkatkan daya serap dan kecepatan kita dalam
membaca sebuah buku. Selain membaca, meningkatkan kemampuan dapat diperoleh
melalui seminar, pelatihan maupun mendengarkan kaset-kaset motivasi.
-
Faktor ketiga dalam
meningkatkan kemampuan belajar kita adalah disiplin diri dan
kegigihan (self discipline and persistence).
kegigihan (self discipline and persistence).
Tanpa kedua hal ini maka belajar hanyalah kegiatan
yang sifatnya tergantung
suasana hati (mood) dan kita tidak dapat mencapai keunggulan (excelence) hanya
dengan belajar setengah hati. Sudah saatnya kita mengubah kebiasaan-kebiasaan
kita. Ada pepatah yang mengatakan “Your Habits will Determine Your Future. Miliki
kebiasaan belajar, dan mulai langkah pertama anda. Proses mengubah kebiasaan
sangat ditentukan oleh kedisiplinan diri dan kegigihan kita, sehingga setelah
melakukannya dalam periode waktu tertentu, hal tersebut tidak lagi menjadi beban
tetapi telah menjadi kebutuhan. Jika pada awalnya sulit melakukan tetapi setelah
itu anda jadi terbiasa.
suasana hati (mood) dan kita tidak dapat mencapai keunggulan (excelence) hanya
dengan belajar setengah hati. Sudah saatnya kita mengubah kebiasaan-kebiasaan
kita. Ada pepatah yang mengatakan “Your Habits will Determine Your Future. Miliki
kebiasaan belajar, dan mulai langkah pertama anda. Proses mengubah kebiasaan
sangat ditentukan oleh kedisiplinan diri dan kegigihan kita, sehingga setelah
melakukannya dalam periode waktu tertentu, hal tersebut tidak lagi menjadi beban
tetapi telah menjadi kebutuhan. Jika pada awalnya sulit melakukan tetapi setelah
itu anda jadi terbiasa.
Selain itu masih banyak lagi
fakor-faktor yang mempengaruhi peningkatan kemampuan belajar siswa diantaranya
:
1. Faktor Intern
Faktor intern adalah faktor yang
timbul dari dalam diri individu itu sendiri, adapun yang dapat digolongkan ke
dalam faktor intern yaitu kecedersan/intelegensi, bakat, minat dan motivasi.
·
Kecerdasan/intelegensi
Kecerdasan adalah kemampuan belajar
disertai kecakapan untuk menyesuaikan diri dengan keadaan yang dihadapinya.
Kemampuan ini sangat ditentukan oleh tinggi rendahnya intelegensi yang normal
selalu menunjukkan kecakapan sesuai dengan tingkat perkembangan sebaya.
Adakalany perkembangan ini ditandai oleh kemajuan-kemajuan yang berbeda antara
satu anak dengan anak yang lainnya, sehingga seseorang anak pada usia tertentu
sudah memiliki tingkat kecerdasan yang lebih tinggi dibandingkan dengan kawan
sebayanya. Oleh karena itu jelas bahwa faktor intelegensi merupakan suatu hal
yang tidak diabaikan dalam kegiatan belajar mengajar. Menurut Kartono (1995:1)
kecerdasan merupakan “salah satu aspek yang penting, dan sangat menentukan
berhasil tidaknya studi seseorang. Kalau seorang murid mempunyai tingkat
kecerdasan normal atau di atas normal maka secara potensi ia dapat mencapai
prestasi yang tinggi.”
Slameto (1995:56) mengatakan bahwa
“tingkat intelegensi yang tinggi akan lebih berhasil daripada yang mempunyai
tingkat intelegensi yang rendah.”
Muhibbin (1999:135) berpendapat bahwa intelegensi adalah “semakin tinggi kemampuan intelegensi seseorang siswa maka semakin besar peluangnya untuk meraih sukses. Sebaliknya, semakin rendah kemampuan intelegensi seseorang siswa maka semakin kecil peluangnya untuk meraih sukses.” Dari pendapat di atas jelaslah bahwa intelegensi yang baik atau kecerdasan yang tinggi merupakan faktor yang sangat penting bagi seorang anak dalam usaha belajar.
Muhibbin (1999:135) berpendapat bahwa intelegensi adalah “semakin tinggi kemampuan intelegensi seseorang siswa maka semakin besar peluangnya untuk meraih sukses. Sebaliknya, semakin rendah kemampuan intelegensi seseorang siswa maka semakin kecil peluangnya untuk meraih sukses.” Dari pendapat di atas jelaslah bahwa intelegensi yang baik atau kecerdasan yang tinggi merupakan faktor yang sangat penting bagi seorang anak dalam usaha belajar.
·
Bakat
Bakat adalah kemampuan tertentu yang
telah dimiliki seseorang sebagai kecakapan pembawaan. Ungkapan ini sesuai
dengan apa yang dikemukakan oleh Ngalim Purwanto (1986:28) bahwa “bakat dalam
hal ini lebih dekat pengertiannya dengan kata aptitude yang berarti kecakapan,
yaitu mengenai kesanggupan-kesanggupan tertentu.”
Kartono (1995:2) menyatakan bahwa “bakat adalah potensi atau kemampuan kalau diberikan kesempatan untuk dikembangkan melalui belajar akan menjadi kecakapan yang nyata.” Menurut Syah Muhibbin (1999:136) mengatakan “bakat diartikan sebagai kemampuan indivedu untuk melakukan tugas tanpa banyak bergantung pada upaya pendidikan dan latihan.” Dari pendapat di atas jelaslah bahwa tumbuhnya keahlian tertentu pada seseorang sangat ditentukan oleh bakat yang dimilikinya sehubungan dengan bakat ini dapat mempunyai tinggi rendahnya prestasi belajar bidang-bidang studi tertentu. Dalam proses belajar terutama belajat keterampilan, bakat memegang peranan penting dalam mencapai suatu hasil akan prestasi yang baik. Apalagi seorang guru atau orang tua memaksa anaknya untuk melakukan sesuatu yang tidak sesuai dengan bakatnya maka akan merusak keinginan anak tersebut.
Kartono (1995:2) menyatakan bahwa “bakat adalah potensi atau kemampuan kalau diberikan kesempatan untuk dikembangkan melalui belajar akan menjadi kecakapan yang nyata.” Menurut Syah Muhibbin (1999:136) mengatakan “bakat diartikan sebagai kemampuan indivedu untuk melakukan tugas tanpa banyak bergantung pada upaya pendidikan dan latihan.” Dari pendapat di atas jelaslah bahwa tumbuhnya keahlian tertentu pada seseorang sangat ditentukan oleh bakat yang dimilikinya sehubungan dengan bakat ini dapat mempunyai tinggi rendahnya prestasi belajar bidang-bidang studi tertentu. Dalam proses belajar terutama belajat keterampilan, bakat memegang peranan penting dalam mencapai suatu hasil akan prestasi yang baik. Apalagi seorang guru atau orang tua memaksa anaknya untuk melakukan sesuatu yang tidak sesuai dengan bakatnya maka akan merusak keinginan anak tersebut.
·
Minat
Minat adalah kecenderungan yang
tetap untuk memperhatikan dan mengenai beberapa kegiatan. Kegiatan yang
dimiliki seseorang diperhatikan terus menerus yang disertai dengan rasa sayang.
Menurut Winkel (1996:24) minat adalah “kecenderungan yang menetap dalam subjek
untuk merasa tertarik pada bidang/hal tertentu dan merasa senang berkecimpung
dalam bidang itu.” Selanjutnya Slameto (1995:57) mengemukakan bahwa minat
adalah “kecenderungan yang tetap untuk memperhatikan dan mengenang beberapa
kegiatan, kegiatan yang diminati seseorang, diperhatikan terus yang disertai
dengan rasa sayang.”
Kemudian Sardiman (1992:76) mengemukakan minat adalah “suatu kondisi yang terjadi apabila seseorang melihat ciri-ciri atai arti sementara situasi yang dihubungkan dengan keinginan-keinginan atau kebutuhan-kebutuhannya sendiri.” Berdasarkan pendapat di atas, jelaslah bahwa minat besar pengaruhnya terhadap belajar atau kegiatan. Bahkan pelajaran yang menarik minat siswa lebih mudah dipelajari dan disimpan karena minat menambah kegiatan belajar. Untuk menambah minat seorang siswa di dalam menerima pelajaran di sekolah siswa diharapkan dapat mengembangkan minat untuk melakukannya sendiri. Minat belajar yang telah dimiliki siswa merupakan salah satu faktor yang dapat mempengaruhi hasil belajarnya. Apabila seseorang mempunyai minat yang tinggi terhadap sesuatu hal maka akan terus berusaha untuk melakukan sehingga apa yang diinginkannya dapat tercapai sesuai dengan keinginannya.
Kemudian Sardiman (1992:76) mengemukakan minat adalah “suatu kondisi yang terjadi apabila seseorang melihat ciri-ciri atai arti sementara situasi yang dihubungkan dengan keinginan-keinginan atau kebutuhan-kebutuhannya sendiri.” Berdasarkan pendapat di atas, jelaslah bahwa minat besar pengaruhnya terhadap belajar atau kegiatan. Bahkan pelajaran yang menarik minat siswa lebih mudah dipelajari dan disimpan karena minat menambah kegiatan belajar. Untuk menambah minat seorang siswa di dalam menerima pelajaran di sekolah siswa diharapkan dapat mengembangkan minat untuk melakukannya sendiri. Minat belajar yang telah dimiliki siswa merupakan salah satu faktor yang dapat mempengaruhi hasil belajarnya. Apabila seseorang mempunyai minat yang tinggi terhadap sesuatu hal maka akan terus berusaha untuk melakukan sehingga apa yang diinginkannya dapat tercapai sesuai dengan keinginannya.
·
Motivasi
Motivasi dalam belajar adalah faktor
yang penting karena hal tersebut merupakan keadaan yang mendorong keadaan siswa
untuk melakukan belajar. Persoalan mengenai motivasi dalam belajar adalah
bagaimana cara mengatur agar motivasi dapat ditingkatkan. Demikian pula dalam
kegiatan belajar mengajar sorang anak didik akan berhasil jika mempunyai
motivasi untuk belajar.
Nasution (1995:73) mengatakan
motivasi adalah “segala daya yang mendorong seseorang untuk melakukan sesuatu.”
Sedangkan Sardiman (1992:77) mengatakan bahwa “motivasi adalah menggerakkan
siswa untuk melakukan sesuatu atau ingin melakukan sesuatu.”
Dalam perkembangannya motivasi dapat dibedakan menjadi dua macam yaitu (a) motivasi instrinsik dan (b) motivasi ekstrinsik. Motivasi instrinsik dimaksudkan dengan motivasi yang bersumber dari dalam diri seseorang yang atas dasarnya kesadaran sendiri untuk melakukan sesuatu pekerjaan belajar. Sedangkan motivasi ekstrinsik dimaksudkan dengan motivasi yang datangnya dari luar diri seseorang siswa yang menyebabkan siswa tersebut melakukan kegiatan belajar. Dalam memberikan motivasi seorang guru harus berusaha dengan segala kemampuan yang ada untuk mengarahkan perhatian siswa kepada sasaran tertentu. Dengan adanya dorongan ini dalam diri siswa akan timbul inisiatif dengan alasan mengapa ia menekuni pelajaran. Untuk membangkitkan motivasi kepada mereka, supaya dapat melakukan kegiatan belajar dengan kehendak sendiri dan belajar secara aktif.
Dalam perkembangannya motivasi dapat dibedakan menjadi dua macam yaitu (a) motivasi instrinsik dan (b) motivasi ekstrinsik. Motivasi instrinsik dimaksudkan dengan motivasi yang bersumber dari dalam diri seseorang yang atas dasarnya kesadaran sendiri untuk melakukan sesuatu pekerjaan belajar. Sedangkan motivasi ekstrinsik dimaksudkan dengan motivasi yang datangnya dari luar diri seseorang siswa yang menyebabkan siswa tersebut melakukan kegiatan belajar. Dalam memberikan motivasi seorang guru harus berusaha dengan segala kemampuan yang ada untuk mengarahkan perhatian siswa kepada sasaran tertentu. Dengan adanya dorongan ini dalam diri siswa akan timbul inisiatif dengan alasan mengapa ia menekuni pelajaran. Untuk membangkitkan motivasi kepada mereka, supaya dapat melakukan kegiatan belajar dengan kehendak sendiri dan belajar secara aktif.
2. Faktor Ekstern
Faktor ekstern adalah faktor-faktor
yang dapat mempengaruhi prestasi belajar yang sifatnya di luar diri siswa,
yaitu beberapa pengalaman-pengalaman, keadaan keluarga, lingkungan sekitarnya
dan sebagainya.Pengaruh lingkungan ini pada umumnya bersifat positif dan tidak
memberikan paksaan kepada individu. Menurut Slameto (1995:60) faktor ekstern
yang dapat mempengaruhi belajar adalah “keadaan keluarga, keadaan sekolah dan
lingkungan masyarakat.”
a. Keadaan Keluarga
Keluarga merupakan lingkungan
terkecil dalam masyarakat tempat seseorang dilahirkan dan dibesarkan.
Sebagaimana yang dijelaskan oleh Slameto bahwa: “Keluarga adalah lembaga
pendidikan pertama dan utama. Keluarga yanng sehat besar artinya untuk
pendidikan kecil, tetapi bersifat menentukan dalam ukuran besar yaitu
pendidikan bangsa, negara dan dunia.” Adanya rasa aman dalam keluarga sangat
penting dalam keberhasilan seseorang dalam belajar. Rasa aman itu membuat
seseorang akan terdorong untuk belajar secara aktif, karena rasa aman merupakan
salah satu kekuatan pendorong dari luar yang menambah motivasi untuk belajar. Dalam
hal ini Hasbullah (1994:46) mengatakan: “Keluarga merupakan lingkungan
pendidikan yang pertama, karena dalam keluarga inilah anak pertama-tama
mendapatkan pendidikan dan bimbingan, sedangkan tugas utama dalam keluarga bagi
pendidikan anak ialah sebagai peletak dasar bagi pendidikan akhlak dan
pandangan hidup keagamaan.” Oleh karena itu orang tua hendaknya menyadari bahwa
pendidikan dimulai dari keluarga. Sedangkan sekolah merupakan pendidikan
lanjutan. Peralihan pendidikan informal ke lembaga-lembaga formal memerlukan
kerjasama yang baik antara orang tua dan guru sebagai pendidik dalam usaha
meningkatkan hasil belajar anak. Jalan kerjasama yang perlu ditingkatkan,
dimana orang tua harus menaruh perhatian yang serius tentang cara belajar anak
di rumah. Perhatian orang tua dapat memberikan dorongan dan motivasi sehingga
anak dapat belajar dengan tekun. Karena anak memerlukan waktu, tempat dan
keadaan yang baik untuk belajar.
b. Keadaan Sekolah
Sekolah merupakan lembaga pendidikan
formal pertama yang sangat penting dalam menentukan keberhasilan belajar siswa,
karena itu lingkungan sekolah yang baik dapat mendorong untuk belajar yang
lebih giat. Keadaan sekolah ini meliputi cara penyajian pelajaran, hubungan
guru dengan siswa, alat-alat pelajaran dan kurikulum. Hubungan antara guru dan
siswa kurang baik akan mempengaruhi hasil-hasil belajarnya.
Menurut Kartono (1995:6) mengemukakan “guru dituntut untuk menguasai bahan pelajaran yang akan diajarkan, dan memiliki tingkah laku yang tepat dalam mengajar.” Oleh sebab itu, guru harus dituntut untuk menguasai bahan pelajaran yang disajikan, dan memiliki metode yang tepat dalam mengajar.
Menurut Kartono (1995:6) mengemukakan “guru dituntut untuk menguasai bahan pelajaran yang akan diajarkan, dan memiliki tingkah laku yang tepat dalam mengajar.” Oleh sebab itu, guru harus dituntut untuk menguasai bahan pelajaran yang disajikan, dan memiliki metode yang tepat dalam mengajar.
c. Lingkungan Masyarakat
Di samping orang tua, lingkungan
juga merupakan salah satu faktor yang tidak sedikit pengaruhnya terhadap hasil
belajar siswa dalm proses pelaksanaan pendidikan. Karena lingkungan alam
sekitar sangat besar pengaruhnya terhadap perkembangan pribadi anak, sebab
dalam kehidupan sehari-hari anak akan lebih banyak bergaul dengan lingkungan
dimana anak itu berada. Dalam hal ini Kartono (1995:5) berpendapat:
Lingkungan masyarakat dapat menimbulkan kesukaran belajar anak, terutama anak-anak yang sebayanya. Apabila anak-anak yang sebaya merupakan anak-anak yang rajin belajar, maka anak akan terangsang untuk mengikuti jejak mereka. Sebaliknya bila anak-anak di sekitarnya merupakan kumpulan anak-anak nakal yang berkeliaran tiada menentukan anakpun dapat terpengaruh pula. Dengan demikian dapat dikatakan lingkungan membentuk kepribadian anak, karena dalam pergaulan sehari-hari seorang anak akan selalu menyesuaikan dirinya dengan kebiasaan-kebiasaan lingkungannya. Oleh karena itu, apabila seorang siswa bertempat tinggal di suatu lingkungan temannya yang rajin belajar maka kemungkinan besar hal tersebut akan membawa pengaruh pada dirinya, sehingga ia akan turut belajar sebagaimana temannya.
Lingkungan masyarakat dapat menimbulkan kesukaran belajar anak, terutama anak-anak yang sebayanya. Apabila anak-anak yang sebaya merupakan anak-anak yang rajin belajar, maka anak akan terangsang untuk mengikuti jejak mereka. Sebaliknya bila anak-anak di sekitarnya merupakan kumpulan anak-anak nakal yang berkeliaran tiada menentukan anakpun dapat terpengaruh pula. Dengan demikian dapat dikatakan lingkungan membentuk kepribadian anak, karena dalam pergaulan sehari-hari seorang anak akan selalu menyesuaikan dirinya dengan kebiasaan-kebiasaan lingkungannya. Oleh karena itu, apabila seorang siswa bertempat tinggal di suatu lingkungan temannya yang rajin belajar maka kemungkinan besar hal tersebut akan membawa pengaruh pada dirinya, sehingga ia akan turut belajar sebagaimana temannya.
C. Pengaruh evaluasi program bagi perkembangan
belajar siswa?
Di dalam suatu
evaluasi keseluruhan kegiatan layanan bimbingan dan
konseling, penilaian diperlukan untuk memperoleh umpan balik terhadap
keefektivan layanan bimbingan yang telah dilaksanakan. Dengan informasi ini
dapat diketahui sampai sejauh perkembangan belajar siswa sedangkan penilaian hasil untuk
memperoleh informasi keefektivan layanan bimbingan dilihat dari hasilnya.
Apabila dilihat dari sifat evaluasi, evaluasi program lebih bersifat “penilaian dalam
proses” yang dapat dilakukan dengan cara berikut ini.
- Mengamati partisipasi dan aktivitas siswa dalam kegiatan layanan bimbingan.
- Mengungkapkan pemahaman siswa atas bahan-bahan yang disajikan atau pemahaman/pendalaman siswa atas masalah yang dialaminya.
- Mengungkapkan kegunaan layanan bagi siswa dan perolehan siswa sebagai hasil dari partisipasi/aktivitasnya dalam kegiatan layanan bimbingan.
- Mengungkapkan minat siswa tentang perlunya layanan bimbingan lebih lanjut.
- Mengamati perkembangan siswa dari waktu ke waktu (butir ini terutama dilakukan dalam kegiatan layanan bimbingan yang berkesinambungan).
- Mengungkapkan kelancaran proses dan suasana penyelenggaraan kegiatan layanan.
Aspek yang dinilai baik proses maupun hasil antara lain:
- Kesesuaian antara program dengan pelaksanaan;
- Keterlaksanaan program;
- Hambatan-hambatan yang dijumpai;
- Dampak layanan bimbingan terhadap kegiatan belajar mengajar;
- Respon siswa, personil sekolah, orang tua, dan masyarakat terhadap layanan bimbingan;
- Perubahan kemajuan siswa dilihat dari pencapaian tujuan layanan bimbingan, pencapaian tugas-tugas perkembangan, dan hasil belajar; dan keberhasilan siswa setelah menamatkan sekolah baik pada studi lanjutan ataupun pada kehidupannya di masyarakat.
METODE EVALUASI
Dalam metode penelitian ini diuraikan
mengenai model evaluasi cipp, tempat dan waktu, prosedur dan kegiatan, populasi
dan sampel, pengumpulan data, analisis data, dan kriteria keberhasilan.
a. Model Evaluasi
No
|
Tanggal & waktu
|
Tempat Sasaran
|
Sasaran Kegiatan
|
Materi kegiatan
|
Pelaksanaan kegiatan
|
Instrumen
|
evaluasi
|
|
|
|
|
|
|
|
|
Proses
|
Hasil
|
1
|
03/12-2011
Ruang BK
|
Ruang Konseling
|
Kelas XI IPS
|
Pengembangan kemampuan belajar siswa
|
Layanan Informasi
|
Observasi, angket
|
Anggota kelomompok secara aktif
memeberikan sumbangan yang sangat berarti bagi siswa yang masalahnya di
bahas.
|
Laiseg: siswa dengan senang hati
memahami materi tentang Pengembangan kemampuan belajar.
Laijapen
: siswa semakin mantap mengikuti pelajaran
Laijapang
: siswa mengikuti pelajaran dengan baik
|
b. Tempat waktu evaluasi
Pelaksanaan
observasi dilaksanakan pada 01 Desember 2011 di SMA Negeri 3 Tebing Tinggi
.bersama ibu Septria Mulyani, S.Pd sebagai Koordinasi BK.
c. Prosedur
dan Kegiatan
Sebelum
kami terjun kelapangan, kami mempersiapkan bahan-bahan yang berkaitan langsung
dengan obeservasi :
i.
Memperoleh izin dari Fakultas Ilmu Pendidikan
( FIP ) Unimed yang disetujii oleh PD 1 yang akan ditujukan kepada Kepala
Sekolah SMA Negeri 3 Tebing Tinggi.
ii.
Memperoleh izin dari pihak sekolah SMA
Negeri Tebing Tinggi dengan, dan setelah itu kepala sekolah mengantarkan saya
menemui Guru BK di SMA Negeri 3 dan setelah itu kami mengadakan layanan
Informasi
iii.
Setelah itu kami melaksanakan
observasi dan memberikan layanan informasi dan mendapatkan data Belajar Pada Siswa Kelas XI Sma N 3 Tebing
Tinggi.
d. Populasi dan Pengambilan Sampel
1. Populasi
Menurut Sutrisno Hadi (1993 : 70) populasi adalah
seluruh penduduk atau individu yang paling sedikit mempunyai satu sifat yang
sama. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas XI SMA N 3
Tebing Tinggi yang berusia antara 16-17 tahun. Berdasarkan data yang diperoleh
dari pihak sekolah, jumlah populasi kelas XI SMA N 3 Tebing Tinggi sebanyak 240
orang.
2. Metode Pengambilan Sampel
Mengacu pada tabel Morgan maka
diperoleh jumlah sampel sebesar 148 orang. Adapun metode pengambilan sampel
yang dipakai pada penelitian ini adalah menggunakan teknik proporsional random
sampling. Menurut Sutrisno Hadi (1996:223) alasan penulis menggunakan random
sampling ini adalah memberikan peluang yang sama bagi setiap anggota populasi
untuk dipilih menjadi sampel. Selain hal tersebut, Sutrisno Hadi (1996:223)
mengatakan suatu cara disebut random apabila peneliti tidak memilih-milih
individu yang akan ditugaskan untuk menjadi sampel penelitian. Teknik random
sampling yang dipergunakan adalah dengan cara undian. Langkah pertama adalah
dengan memberi nomor urut pada masing-masing sampel, setelah membuat nomor yang
dimasukkan kedalam gelas yang berlubang kemudian diambil sebanyak 148 kali.
Nomor yang keluar dipergunakan sebagai sampel penelitian. Sedangkan yang
dimaksud dengan proporsional adalah dimana tiap-tiap sub populasi mendapat
bagian atau kesempatan yang sama untuk menjadi sampel dalam penelitian.
Menurut
M. Nasir (1988:360), untuk prosedur pengambilan sampel dengan metode
proporsional random sampling dipergunakan rumus sebagai berikut :
ni =
|
Keterangan : ni : Jumlah sampel per sub populasi
Ni : Total sub populasi
N
: Total populasi
n
: Besarnya sample
Berdasarkan kriteria sampel di atas
maka diperoleh distribusi sampling sebagai berikut :
Kelas
|
XIA
|
XIB
|
XIC
|
XID
|
XIE
|
XIF
|
Jumlah
|
Populasi
|
40
|
42
|
40
|
38
|
42
|
38
|
240
|
Sampel
|
25
|
26
|
25
|
23
|
26
|
23
|
148
|
e. Pengumpulan
data
Penulis
menggunakan observasi dan angket untuk mengumpulkan sata siswa.
a. Observasi
Istilah observasi berasal dan bahasa
Latin yang berarti ”melihat” dan “memperhatikan”. Istilah observasi diarahkan
pada kegiatan memperhatikan secara akurat, mencatat fenomena yang muncul, dan
mempertimbangkan hubungan antar aspek dalam fenomena tersebut. Observasi
menjadi bagian dalam penelitian berbagai disiplin ilmu, baik ilmu eksakta
maupun ilmu-ilmu sosial, Observasi dapat berlangsung dalam konteks
laboratoriurn (experimental) maupun konteks alamiah. Observasi yang berarti
pengamatan bertujuan untuk mendapatkan data tentang suatu masalah, sehingga
diperoleh pemahaman atau sebagai alat re-checkingin atau pembuktian terhadap
informasi / keterangan yang diperoleh sebelumnya.Sebagai metode ilmiah
observasi biasa diartikan sebagai pengamatan dan pencatatan fenomena-fenomena
yang diselidiki secara sistematik. Dalam arti yang luas observasi sebenarnya
tidak hanya terbatas kepada pengamatan yang dilakukan, baik secara langsung
maupun tidak langsung
b.
Angket
sendiri Angket adalah suatu daftar
pertanyaan tertulis yang terinci danlengkap yang harus dijawab oleh responden
tentang pribadinya atau halhalyang diketahuinya .Melalui angket, hal-hal
tentang diri responden dapat diketahui.Misalnya, tentang keadaan atau data
dirinya seperti pengalaman, sikap,minat, kebiasaan belajar, dan lain
sebagainya. Isi angket dapat berupapertanyaan-pertanyaan tentang responden.
Pertanyaan-pertanyaan tersebutdirumuskan sedemikian rupa sehingga dapat
diperoleh jawaban yangobyektif. Juga perlu dijalin kerja sama antara pemberi
angket danresponden melalui pengantar angket yang simpatik, sehingga
respondenterdorong bekerja sama dan rela mengisinya secara jujur.Pada pokoknya
angket dibagi menjadi 2, yaitu berdasarkan cara menjawabpertanyaan dan
bagaimana jawaban diberikan.Ditinjau dari cara menjawab pertanyaannya, angket
dibagi menjadi 2,yaitu:a) Angket terbuka atau tak berstruktur, adalah angket
yang disusunsedemikian rupa, sehingga responden secara bebas dapat
memberikansesuai dengan bahasanya
-
Instrumen
Aplikasi
Instrumentasi adalah upaya pegungkapan melalui pengukuran dengan memakai alat
ukur atau instrument tertentu. Hasil aplikasi ditafsirkan, disikapi dan
digunakan untuk memberikan perlakuan terhadap klien dalam bentuk
layanan konseling. Insrtrumentasi merupakan bagian dari kegiatan pendukung dari bimbingan konseling yang mana terdapat di dalamnya instrument tes dan non tes..
syarat tes yang baik : Penyusunan tes dilakukan melalui tiga tahap, yaitu perencanaan tes, penulisan tes dan analisis tes.
layanan konseling. Insrtrumentasi merupakan bagian dari kegiatan pendukung dari bimbingan konseling yang mana terdapat di dalamnya instrument tes dan non tes..
syarat tes yang baik : Penyusunan tes dilakukan melalui tiga tahap, yaitu perencanaan tes, penulisan tes dan analisis tes.
-
Sumber atau
responden
Data
yang diperoleh didapat melalui siswa, daftar kumpulan nilai, guru bidang studi,
wali kelas, dan teman sejawat.
f.
Analisis
data
Analisis kualitatif adalah aktivitas intensive yang
memerlukan pengertian yang mendalam, kecerdikan, kreativitas, kepekaan
konseptual, dan pekerjaan berat. Analisa kualitatif tidak berproses dalam suatu
pertunjukan linier dan lebih sulit dan kompleks dibanding analisis kuantitatif
sebab tidak diformulasi dan distandardisasi. Berdasarkan
data penelitian di atas yang menggunakan metode cipp menunjukkan kemampuan
belajar siswa di sekolah SMA N 3 Tebing Tinggi sangat bagus, ini diproleh dari
observasi dan angket yang saya peroleh dan prestasi belajar siswa lainnya
semakin meningkat.
g. Kriteria keberhasilan
Dalam
evaluasi program ini yang menjadi keberhasilan dalam observasi adalah :
ü siswa dengan senang hati memahami
materi tentang Pengembangan kemampuan belajar.
ü siswa
semakin mantap mengikuti pelajaran
ü siswa
mengikuti pelajaran dengan baik
.
DAFTAR PUSTAKA
Arifin,Zaenal.2009.Evaluasi
Pembelajaran.Bandung:Remaja Rosdokarya.
Rosmala Dewi. 2008. Penelitian Tidakan Kelas. Medan :
UNIMED
Sumber internet :
http://ardhana12.wordpress.com/2008/02/08/teknik-pengumpulan-data-kualitatif/
Tidak ada komentar:
Posting Komentar