A. Latar Belakang Masalah
Dalam
proses pendidikan, semua stakeholder yang terkait dengan proses
tersebut mempunyai peran dan tanggungjawab sesuai dengan apa yang
dibutuhkan. Masing-masing peran tersebut harus berjalan secara sinergis
saling melengkapi sehingga membentuk sustu sistem yang harmonis. Dari
peran-peran yang ada, peran guru bimbingan dan konseling sangat
diperlukan sehingga kegiatan belajar dapat berlangsung dengan baik
sesuai dengan apa yang diharapkan. Bimbingan dan konseling merupakan pelayanan dari, untuk, dan oleh manusia memiliki pengertian yang khas.
Bimbingan adalah proses pemberian bantuan yang dilakukan oleh seorang
ahli kepada individu dengan menggunakan berbagai prosedur, cara dan
bahan agar idividu tersebut mampu mandiri dalam memecahakan
masalah-masalah yang dihadapinya. Sedangkan konseling merupakan proses
pemberian bantuan yang didasarkan pada
prosedur wawancara konseling oleh seorang ahli kepada yang bermuara
pada teratasinya masalah yang dihadapi klien. Dengan bimbingan dan
konseling tersebut, siswa akan melakukan aktifitas belajar sesuai dengan
apa yang telah ditentukan, atau telah diatur dalam suatu aturan
(norma). Sebagaimana dikemukakan oleh Moeliono (1993: 208) bahwa
disiplin adalah ketaatan (kepatuhan) kepada peraturan tata tertib,
aturan, atau norma.
Upaya
peningkatan pendidikan berkaitan dengan upaya peningkatan kualitas
sumber daya manusia. Kualitas sumber daya manusia merupakan faktor
penting dalam menunjang keberhasilan pembangunan yang dilakukan oleh
suatu bangsa. Tidak sedikit
pakar dari berbagai cabang ilmu pengetahuan di dunia ini mempunyai
pendapat demikian. Frederick Harbison (1961 dalam Todaro, 1999 : 455)
yang menyatakan bahwa:
Sumber daya manusia merupakan modal dasar dari kekayaan suatu bangsa. Modal
fisik dan sumber daya alam hanyalah faktor produksi yang pada dasarnya
bersifat pasif. Manusia yang merupakan agen-agen aktif akan mengumpulkan
modal, mengeksploitasikan sumber daya alam, membangun berbagai macam
organisasi sosial, ekonomi dan politik, serta melaksanakan pembangunan
nasional. Dengan demikian jika suatu negara tidak segera mengembangkan
keahlian dan pengetahuan rakyatnya, maka Negara tersebut tidak akan
dapat mengembangkan apa pun.
Pendapat
di atas dapat dilihat kebenarannya dari kondisi penanganan pendidikan
di berbagai Negara dengan kondisi kemajuan kehidupan sosial ekonominya.
Negara yang terkenal melimpah dengan kekayaan sumber daya alam tetapi
kurang memperhatikan pengembangan sumber daya manusia melalui sistem
pendidikan yang dapat mendorong
peningkatan kualitas sumber daya manusia akan kalah tingkat
kemakmurannya jika dibandingkan dengan Negara yang kurang beruntung
dalam hal kekayaan sumber daya alam tetapi berhasil mengembangkan sistem
pendidikan yang dapat berperan untuk mendorong peningkatan kualitas
sumber daya alam.
Pada
umumnya manusia yang beradabsetidak-tidaknya memiliki common sense
tentang pendidikan, bahwa pendidikan mempunyai peranan yang sangat
penting dalam kehidupan manusia. Pendidikan dapat mempengaruhi
perkembangan manusia dalam seluruh aspek keidupan dan penghidupan
(Mikarsa, 2004: 2). Pendidikan mempunyai pengaruh yang dinamis dalam
kehidupan manusia di masa depan. Pendidikan dapat mengembangkan berbagai
potensi yang dimilikinya secara optimal, yaitu pengembangan potensi
individu yang setinggi-tingginya dalam aspek fisik, intelektual,
emosional, sosial dan spiritual, sesuai dengan tahap perkembangan serta
karakteristik lingkungan fisik dan lingkungan sosio budaya di mana dia
hidup (Ibid, 2).
Pendidikan
merupakan fenomena manusia yang sangat kompleks. Karena sifatnya yang
kompleks itu, maka pendidikan dapat dilihat dan dijelaskan dari berbagai
sudut pandang, seperti dari sudut pandang psikologi, sosiologi dan
antropologi, ekonomi, politik, komunikasi dan sebagainya. Manusia
dituntut untuk mampu memperkembangkan dan menyesuaikan diri terhadap
masyarakat. Untuk itu manusia telah dilengkapi dengan berbagai potensi
baik yang berkenaan dengan keindahan dan ketinggian derajad kemanusiaan
maupun berkenaan dengan dimensi kemanusiaannya yang memungkinkan untuk
memenuhi tuntutan kemanusiaannya.
Menurut
Priyatno (1999, 25) pengembangan manusia seutuhnya hendaknya mencapai
pribadi-pribadi yang pendiriannya matang, dengan kemampuan sosial yang
menyejukan, kesusilaan yang tinggi, dan keimanan serta ketaqwaan yang
dalam. Dalam proses pendidikan banyak dijumpai permasalahan yang dialami
oleh anak-anak, remaja, dan pemuda yang menyangkut dimensi kemanusiaan
mereka.
Lebih
lanjut Priyanto mengemukakan bahwa permasalahan yang dialami oleh para
siswa di sekolah sering kali tidak dapat dihindari meski dengan
pengajaran yang baik sekalipun. Hal tersebut juga
disebabkan oleh karena sumber-sumber permasalahan siswa banyak yang
disebabkan oleh hal-hal di luar sekolah. Dalam hal ini permasalahan
siswa tidak boleh dibiarkan begitu saja, termasuk perilaku siswa yang
tidak dapat mengatur waktu untuk melakukan aktifitas belajar sesuai apa
yang dibutuhkan, diatur, atau diharapkan. Apabila para siswa tersebut
belajar sesuai dengan kehendak sendiri dalam arti tanpa aturan yang
jelas, maka upaya belajar siswa tersebut tidak dapat berjalan dengan
efektif. Apalagi tantangan kehidupan sosial dewasa ini semakin kompleks,
termasuk tantangan dalam mengalokasikan waktu. Dalam hal ini jika
pengaturan waktu berdasarkan kesadaran sendiri maupun arahan pihak lain
tidak dilakukan dengan disiplin maka semuanya akan menjadi kacau.
Demikian pula dengan kedisiplinan siswa dalam melakukan aktifitas
belajar dipadukan aktifitas lain dalam kehidupan sehari-hari. Disinilah
perlakuan guru bimbingan dan konseling diperlukan untuk mendampingi
mereka.
Pelayanan
guru bimbingan dan konseling hendaknya berjalan secara efektif membantu
siswa mencapai tujuan-tujuan perkembangannnya dan mengatasi
permasalahannya termasuk membimbing para siswa untuk berperilaku
disiplin. Disinilah dirasakan
perlunya pelayanan bimbingan dan konseling disamping kegiatan
pengajaran. Dan pelayanan bimbingan dan konseling merupakan peran yang
dilakukan oleh guru bimbingan dan konseling dalam mengatasi berbagai
permasalahan siswa dalam kegiatan belajar mengajar. Permasalahan
tersebut mencakup permasalahan yang terjadi di lingkungan sekolah maupun
di luar lingkungan sekolah. Manfaat bimbingan dan konseling yang
dilakukan oleh guru bimbingan konseling cukup penting bagi seorang siswa
untuk mengatasi berbagai permasalahan termasuk dalam mengatasi
permasalahan pribadi siswa.
B. Rumusan Masalah
Dengan memperhatikan latar belakang masalah di atas, dalam penelitian ini dirumuskan permasalahan sebagai berikut:
1. Apakah ada korelasi antara perlakuan guru bimbingan dan konseling dengan kedisiplinan belajar siswa.
2. Sejauh korelasi antara perlakuan guru bimbingan dan konseling dengan kedisiplinan belajar siswa terjadi.
C.Tujuan dan Kegunaan Penelitian
1.Tujuan Penelitian
a. Untuk mengetahui apakah ada korelasi antara perlakuan guru bimbingan dan konseling dengan kedisiplinan belajar siswa.
b. Untuk mengetahui sejauh korelasi antara perlakuan guru bimbingan dan konseling dengan kedisiplinan belajar siswa terjadi.
2. Kegunaan Penelitian
a. Memberikan sumbangan pemikiran dalam rangka pengembangan ilmu pendidikan terutama dikaitkan dengan hal-hal yang mempengaruhi keberhasilan belajar anak.
b. Hasil
penelitian dapat digunakan sebagai sumbangan pemikiran dalam rangka
penyempurnaan konsep maupun implementasi praktik pendidikan sebagai
upaya yang strategis dalam pengembangan kualitas sumberdaya manusia.
D. Tinjauan Teori
1. Kedisiplinan Belajar Siswa Dalam Proses Pendidikan
Konsep
disiplin berkaitan dengan tata tertib, aturan, atau norma dalam
kehidupan bersama (yang melibatkan orang banyak). Menurut Moeliono
(1993: 208) disiplin artinya adalah ketaatan (kepatuhan) kepada
peraturan tata tertib, aturan, atau norma, dan lain sebagainya.
Sedangkan pengertian siswa adalah pelajar atau anak (orang) yang
melakukan aktifitas belajar ( Ibid: 849). Dengan
demikian disiplin siswa adalah ketaatan (kepatuhan) dari siswa kepada
aturan, tata tertib atau norma di sekolah yang berkaitan dengan kegiatan
belajar mengajar.
Dari
pengertian tersebut, kedisiplinan siswa dapat dilihat dari ketaatan
(kepatuhan) siswa terhadap aturan (tata tertib) yang berkaitan dengan
jam belajar di sekolah, yang meliputi jam masuk sekolah dan keluar
sekolah, kepatuhan siswa dalam berpakaian, kepatuhan siswa dalam
mengikuti kegiatan sekolah, dan lain sebagainya. Semua aktifitas siswa
yang dilihat kepatuhannya adalah berkaitan dengan aktifitas pendidikan
di sekolah, yang juga dikaitkan dengan kehidupan di lingkungan luar
sekolah.
Salah
satu pengertian pendidikan yang sangat umum dikemukakan oleh Driyarkara
(1980 dalam Mikarsa, 2004:2) yang menyatakan bahwa pendidikan adalah
upaya memanusiakan manusia muda. Pengangkatan manusia muda ke taraf
insani harus diwujudkan dalam seluruh proses atau upaya pendidikan.
Dalam
Dictionary of Education dikemukakan bahwa pendidikan adalah (1) proses
dimana seseorang mengembangkan kemampuan, sikap dan bentuk-bentuk dan
tingkah laku lainnya di dalam masyarakat di mana dia hidup (2) proses
sosial dimana sesorang diharapkan pada pengaruh lingkungan yang terpilih
dan terkontrol (khususnya yang datang dari sekolah), sehingga dia dapat
memperoleh atau mengalami perkembangan kemampuan sosial dan kemampuan
individu yang optimum.
G.
Thomson (1957 dalam Mikarsa, 2004: 1.2) menyatakan bahwa pendidikan
adalah pengaruh lingkungan atas individu untuk menghasilkan
perubahan-perubahan yang tetap dalam kebiasaan-kebiasaan pemikiran,
sikap-sikap, dan tingkah laku. Sedangkan Crow and Crow (1960 dalam
Mikarsa, 2004) menyatakan bahwa “harus diyakini bahwa fungsi utama
pendidikan adalah bimbingan terhadap individu dalam upaya memenuhi
kebutuhan dan keinginan yang sesuai dengan potensi yang dimilikinya,
sehingga dia memperoleh kepuasan dalam seluruh aspek kehidupan pribadi
dan kehidupan sosialnya.
Berdasarkan pengertian tersebut, dapat diberikan beberapa ciri atau unsur umum dalam pendidikan yaitu :
1. Pendidikan
harus memiliki tujuan, yang pada hakekatnya adalah pengembangan potensi
individu yang bermanfaat bagi kehidupan pribadinya maupun warga-negara
atau negara lainnya.
2. Untuk
mencapai tujuan tersebut, pendidikan perlu melakukan upaya yang
disengaja dan terencana yang meliputi upaya bimbingan, pengajaran, dan
pelatihan.
3. Kegiatan
tersebut harus diwujudkan dalam lingkungan keluarga, sekolah, dan
masyarakat yang lazim disebut dengan pendidikan formal, informal, dan
non-formal.
2. Perlakuan Guru Bimbingan dan Konseling Dalam Proses Pendidikan
Tilaar
(1999 dalam Mikarsa 2004: 1.3) merumuskan hakekat pendidikan sebagai
suatu proses menumbuhkembangkan eksistensi peserta didik yang
memasyarakat, membudaya, dalam tata kehidupan yang berdimensi lokal,
nasional, dan global. Agar pendidikan dapat berhasil sesuai dengan
tujuan diperlukan berbagai sarana atau sumberdaya seperti bangunan
sekolah, buku/materi pelajaran, guru, dan sarana pendukung lainnya.
Berkaitan dengan guru, sebagaimana telah dikemukakan bahwa dalam proses
pendidikan banyak dijumpai permasalahan yang dialami oleh anak-anak,
remaja, dan pemuda yang menyangkut dimensi kemanusiaan mereka. Lebih
lanjut Priyanto mengemukakan bahwa permasalahan yang dialami oleh para
siswa di sekolah sering kali tidak dapat dihindari meski dengan
pengajaran yang baik sekalipun. Hal tersebut juga
disebabkan oleh karena sumber-sumber permasalahan siswa banyak yang
disebabkan oleh hal-hal di luar sekolah. Dalam hal ini permasalahan
siswa tidak boleh dibiarkan begitu saja. Apabila misi sekolah adalah
menyediakan pelayanan yang luas untuk secara efektif membantu siswa
mencapai tujuan-tujuan perkembangannnya dan mengatasi permasalahannya, maka segenap kegiatan dan kemudahan yang diselenggarakan sekolah perlu diarahkan kesana. Disinilah dirasakan
perlunya pelayanan bimbingan dan konseling disamping kegiatan
pengajaran. Dan pelayanan bimbingan dan konseling merupakan peran yang
dilakukan oleh guru bimbingan dan konseling.
Priyanto (1999, 30) menyatakan bahwa keberadaan pelayanan bimbingan dan penyuluhan berperan untuk :
- Bimbingan merupakan bantuan yang diberikan kepada siswa dalam rangka upaya menemukan pribadi, mengenal lingkungan, dan merencanakan masa depan;
- Bimbingan diberikan oleh guru pembimbing.
Dalam Penjelasan PP Nomor 29 Tahun 1990 menyebutkan bahwa :
- Bimbingan dalam rangka menemukan siswa dimaksudkan untuk membantu siswa mengenal kelebihan dan kekurangan yang ada pada dirinya.
- Bimbingan dalam rangka mengenal lingkungan dimaksudkan untuk membantu siswa menyesuaikan diri dengan lingkungan sosial, ekonomi, budaya, serta alam yang ada.
- Bimbingan dalam rangka merencanakan masa depan mempersiapkan diri untuk langkah yang dipilihnya setelah tamat belajar pada sekolah menengah serta kariernya di masa depan.
Pelayanan
bimbingan dan konseling di sekolah telah diterima dan menjadi suatu
pekerjaan yang tugas dan ruang lingkupnya cukup penting dalam mendukung
keberhasilan pendidikan. Lebih jauh, mengingat bahwa sumber permasalahan
anak-anak, remaja, dan pemuda sebagian besar berada di luar sekolah,
dan lagi pula bahwa permasalahan yang dialami manusia tidak hanya
terdapat disekolah, maka pelayanan bimbingan dan konseling perlu
menjangkau daerah-daerah yang lebih luas di luar sekolah.
Anak-anak,
para remaja, dan pemuda bahkan orang-orang dewasa dalam keluarga, dalam
lembaga-lembaga kerja, dan dalam organisasi serta lembaga-lembaga
kemasyarakatan pada umumnya mempunyai kemungkinan untuk menghadapi
masalah dalam kehidupan dan dalam rangka mengupayakan pengembangan
manusia seutuhnya. Sudah barang tentu upaya tersebut tidak terhindar
dari berbagi sumber rintangan dan kegagalan sehingga penyelenggaraannya perlu dilakukan secara
luas dan mendalam mencakup segenap segi kehidupan manusia, baik di
dunia maupun di akhirat . Pengajaran di kelas-kelas saja tidak cukup
memadai untuk menjawab tuntutan penyelenggaraan pendidikan yang luas dan
mendalam.
Bimbingan dan konseling merupakan pelayanan dari, untuk, dan oleh manusia memiliki pengertian yang khas.
Bimbingan adalah proses pemberian bantuan yang dilakukan oleh seorang
ahli kepada individu dengan menggunakan berbagai prosedur, cara dan
bahan agar idividu tersebut mampu mandiri dalam memecahakan
masalah-masalah yang dihadapinya. Sedangkan konseling merupakan proses
pemberian bantuan yang didasarkan pada prosedur wawancara konseling oleh seorang ahli kepada yang bermuara pada teratasinya masalah yang dihadapi klien.
Pengertian
konseling sering digunakan istilah penyuluhan, padahal istilah
penyuluhan telah terlanjur digunakan secara luas di masyarakat untuk
pengertian - pengertian yang
tidak begitu relevan dengan makna konseling yang sebenarnya . Untuk
tidak menimbulkan keracunan di antara istilah – istilah provesional
dalam bidang bimbingan dan konseling, dan sekaligus untuk memurnikan
pengertian konseling itu sendiri maka istilah yang hendaknya dipakai
dalam pengembangan dan gerakan bimbingan dan konseling di Indonesia
adalah istilah konseling.
Konsepsi
bimbingan dan konseling mengalami perkembangan dari waktu ke waktu.
Pada awalnya istilah bimbingan berdiri dan tidak mengandung di dalamnya
pengertian konseling. Bimbingan dan konseling dipakai secara bersamaan
dan yang satu memuat yang lain. Perkembangan selanjutnya istilah
konseling berdiri sendiri sekaligus memuat pengertian bimbingan.
Bimbingan
dan konseling mempunyai tujuan umum untuk membantu individu untuk
mencapai perkembangan secara optimal sesuai dengan bakat, kemampuan,
minat, dan nilai-nilai serta terpecahkan masalah-masalah yang dihadapi
oleh klin. Salah satu tujuan umum bimbingan dan koseling adalah membantu
individu agar dapat mandiri dengan ciri mampu memahami dan menerima
diri sendiri dan lingkunganya, membuat keputusan dan rencana yang
realistis, mengarahkan diri sendiri dengan keputusan dan rencananya itu
serta pada akhirnya mewujudkan diri sendiri. Tujuan khusus bimbingan dan
konseling langsung terkait pada arah perkembangan klin dan
masalah-masalah yang dihadapi. Tujuan-tujuan khusus Bimbingan dan
konseling merupakan penjabaran dari tujuan umum yang dikaitkan dengan
permasalahan klin baik yang menyangkut perkembangan maupun kehidupannya.
Sesuai
dengan tuntutan keilmuan dan prosedur pelaksanaannya, bimbingan dan
konseling diselenggarakan menurut berbagai azas, yaitu asas kerahasiaan,
kesukarelaan, keterbukaan, kekinian, kemandirian, kegiatan,
keterpaduan, kenormatifan, keahlian, ahli tangan, dan tut wuri
handayani. Asas-asas tersebut perlu terlaksana dengan baik demi
kelancaran penyelenggaraan serta tercapainya tujuan bimbingan dan
konseling yang diharapkan.
Mohammad
Surya dan Rahman Natawijaya dalam bukunya yang berjudul Pengantar
Bimbingan dan Penyuluhan (1992:160-161) menyatakan bahwa kegiatan
bimbingan dan penyuluhan di sekolah dapat dikelompokan menjadi jenis
layanan pengumpulan data, pemberian informasi, penempatan, penyuluhan,
alih tangan, penilaian dan tindak lanjut.
Pengumpulan
data adalah kegiatan dalam bentuk pengumpulan, pengolahan, dan
penghimpunan berbagai informasi tentang siswa beserta latar belakangnya
dengan tujuan untuk memperoleh pemahaman yang obyektif terhadap siswa
dalam membantu mencapai perkembangan yang optimal.
Pemberian
informasi adalah kegiatan dalam bentuk pemberian informasi kepada
dengan tujuan agar para siswa memiliki informasi yang memadai baik
informasi tentang dirinya maupun informasi tentang lingkungan sebagai
bantuan dalam membuat keputusan secara tepat.
Penempatan
adalah kegiatan membantu para siswa agar memperoleh wadah yang sesuai
dengan potensi yang dimiliki dengan tujuan untuk memperoleh prestasi
sesuai potensinya sehingga akan mendapatkan wadah yang tepat untuk
mengembangkan segala kemampuan pribadinya.
Penyuluhan
adalah kegiatan dalam bentuk layanan untuk menghadapi masalah-masalah
pribadi melalui teknik penyuluhan dan pemberian bantuan lainnya. Tujuan
layanan ini adalah agar pada akhirnya siswa dalam menghadapi
permasalahan mampu untuk memecahkan sendiri.
Alih
tangan adalah kegiatan layanan dalam bentuk pelimpahan kepada pihak
yang lebih mampu dan berwenang apa bila masalahan yang ditangani itu di
luar kemampuan dan kewenangan petugas pemberi bantuan terdahulu seperti
ke dokter umum/spesialis untuk pemeriksaan kesehatan, ke psikolog untuk
pemeriksaan kondisi psikologi, dan lain sebagainya.
Penilaian
dan tindak lanjut adalah kegiatan layanan dalam bentuk penilaian
keberhasilan usaha bimbingan yang telah diberikan yang juga dapat
berfungsi untuk menilai keberhasilan program pendidikan secara
keseluruhan.
Dengan
pelaksanaan fungsi-fungsi tersebut, sebenarnya jika dilakukan dengan
baik sesuai dengan kondisi permasalahan siswa, keberhasilan guru
bimbingan konseling sangat bermanfaat untuk mengantar siswa
menyelesaikan pendidikan dengan baik. Masalah-masalah tersebut sangat
luas dan kompleks cakupannya termasuk ke masalah pribadi siswa. Dengan
layanan penyuluhan sebagai contoh, merupakan kegiatan dalam bentuk
layanan untuk menghadapi masalah-masalah pribadi melalui teknik
penyuluhan dan pemberian bantuan lainnya dengan tujuan agar pada
akhirnya siswa dalam menghadapi permasalahan mampu untuk memecahkan
sendiri. Layanan ini diintegrasikan dengan layanan lainnya akan
menghasilkan keterpaduan yang baik termasuk dalam mengatasi permasalahan
pribadi siswa.
Menurut Nasution (1992) pelayanan bimbingan dan penyuluhan mempunyai beberapa fungsi. Fungsi-fungsi tersebut adalah :
a. Fungsi pencegahan
Pelayanan
bimbingan dan penyuluhan dapat berfungsi pencegahan, artinya merupakan
usaha pencegahan terhadap timbulnya masalah. Dalam fungsi ini layanan
nyang diberikan berupa bantuan bagi para siswa agar terhindar dari
berbagai masalah yang dapat menghambat perkembangannya. Hal tersebut
dapat ditempuh melalui progam bimbingan yang sistematis sehingga hal –
hal yang dapat menghambat seperti kesulitam belajar, kekurangan
informasi, masalah social dan sebagainya dapat di hindari.
Beberapa kegiatan bimbingan yang dapat berfungsi pencegahan, antara lain :
1) Progam
orientasi, yang memberi kesempatan kepada para siswa untuk lebih
mengenal sekolah sebagai lingkungannya yang baru. Dalam program ini
dapat disampaikan berbagai informasi seperti: kurikulum, cara-cara
belajar, fasilitas belajar, hubungan social, tata tertib sekolah,
informasi pekerjaan, dan sebagainya.
2) Program
bimbingan karir, yang membantu para siswa untuk memperoleh pemahaman
diri dan lingkungan yang lebih baik serta mengembangkannya ke arah
pencapaian karier yang sesuai dengan bakat, minat, cita-cita, dan
kemampuan.
b. Fungsi penyaluran.
Dalam
keseluruhan proses pendidikan di sekolah para siswa perlu dibantu agar
memperoleh prestasi yang sebaik-baiknya. Untuk itu setiap siswa
hendaknya mendapatkan kesempatan untuk mengembangkan, sesuai dengan
keadaan pribadinya masing-masing, (seperti bakat, minat, kebutuhan,
kecakapan, dan sebagainya).
Dalam
hubungan ini bimbingan dan penyuluhan membantu siswa mendapatkan
kesempatan penyaluran pribadinya masing-masing. Melalui fungsi
penyaluran, bimbingan dan penyuluhan mengenali masing-masing siswa
secara perorangan , dan kemudian membantunya dalam penyaluran kea rah
kegiatan atas program yang dapat menunjang tercapainya perkembangan yang optimal.
Bentuk kegiatan bimbingan dan penyuluhan dalam fungsi ini misalnya, bantuan dalam:
1) memperoleh jurusan yang tepat;
2) menyusun program belajar;
3) perkembangan bakat dan minat;
4) perencanaan karier.
c. Fungsi Penyesuaian
Yang
dimaksud dengan fungsi penyesuaian adalah bahwa pelayanan bimbingan dan
penyuluhan berfungsi membantu terciptanya penyesuaian antara siswa dan
lingkungannya. Dengan demikian, adanya kesesuaian antara pribadi siswa
dan sekolah sebagai lingkungan merupakan sasaran fungsi ini.
Fungsi penyesuaian mempunyai dua arah. Arah pertama, adalah bantuan kepada para siswa agar dapat menyesuaikan diri terhadap lingkungan sekolah. Arah kedua, adalah bantuan dalam mengembangkan program pendidikan yang sesuai dengan keadaan siswa.
E. Sistematika Penulisan
Penulisan skripsi ini dilakukan dengan sistematika sebagai berikut:
Bab I : Pendahuluan
Bab ini berisi latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan dan kegunaan penelitian, serta sistematika penulisan.
Bab II : Tinjauan Teori
Bab ini memuat pembahasan pengertian Disiplin Siswa dan Peran Guru BK dikaitkan dengan Proses Pendidikan.
Bab III : Metode Penelitian
Bab ini membahas variabel penelitian, penentuan sampel, jenis dan sumber data, metode pengumpulan data serta metode analisis.
Bab IV : Hasil dan Pembahasan
Bab ini berisi mengenai deskripsi dari obyek yang diteliti dan analisis data serta pembahasan.
Bab V : Penutup
Merupakan bab yang berisi mengenai kesimpulan yang diperoleh dan saran yang diberikan berdasarkan hasil penelitian.
F. Metode Penelitian
1.Variabel Penelitian
Dalam penelitian ini, variabel yang akan dibahas terdiri dari variabel bebas (X) dan variabel terikat atau terpengaruh (Y) . Variabel bebas (X) yaitu variabel perlakuan guru BK. Sedangkan variabel terpengaruh (Y) adalah kedisiplinan belajar siswa, variabel penelitian tersebut dioperasionalkan lagi dengan indikator variabel sebagai berikut :
a. perlakuan guru BK:
1) intensitas pelaksanaan fungsi-fungsi yang dilakukan oleh guru BK;
2) kualitas baik/buruknya pelaksanaan fungsi-fungsi guru BK terhadap peserta didik;
b. kedisiplinan belajar siswa:
1) tingkat kepatuhan siswa terhadap tata tertib sekolah.
2)
tingkat keteraturan siswa dalam membagi waktu untuk belajar di sekolah,
belajar di rumah, dan melakukan kegiatan lain secara teratur dan
proporsional.
2. Penentuan Sampel
Sampel
penelitian berupa para siswa kelas IV di SD Negeri 1 Tebing Tinggi. Dari siswa-siswa yang ada di
lingkungan Kecamatan Gumelar tempat lokasi penelitian, penulis memilih
SSD Negeri 1 Tebing Tinggi. sebagai
sampel/lokasi penelitian karena kemudahan akses penelitian dalam
mengambil data-data yang diperlukan dalam penelitian ini.
Pengumpulan
data primer dilakukan melalui observasi lapangan dan wawancara langsung
terhadap para responden terpilih yang terdiri dari siswa yang ada pada
sekolah tersebut.
3.Jenis dan Sumber Data
Data
yang digunakan dalam penelitian ini secara umum adalah data primer dan
data sekunder yang berupa data-data dalam proses pendidikan dan hasil
pendidikan yang telah tersedia di lokasi penelitian.Data sekunder
merupakan data yang diperoleh secara tidak langsung dari sumber data
tetapi melalui media perantara. Dengan kata lain, data yang diperoleh
penulis merupakan hasil dari dokumen yang dalam hal ini adalah dokumen
pendidikan di lokasi penelitian.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar